Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Essi Nomor 335: Dari Monas ke Sukamiskin Dia Merapat

8 Desember 2020   09:46 Diperbarui: 8 Desember 2020   10:12 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gorjizartworks.blogspot.com/2015/04/monas-monumen-nasional-jakarta-indonesia.html

Essi no. 335 - Dari Monas ke Sukamiskin Dia Merapat

Setelah gembar-gembornya membuat Monas berduka hebat,
Lalu jengkel, lalu marah, lalu terluka, lalu terhinalah martabat
Sebelum akhirnya, berapi-api mengeluarkan satu maklumat,
Yang tolak mentah-mentah niat jahat penjahat untuk kendat.
Monas merasa penjahat yang ini benar-benar kuwalat hebat.
Bayangkan dia yang hebat dipuja-puja tiap orang yang lewat
Eh ... mau dijadikan tempat ia kendat; jika yang mau berbuat
Seorang pemuda atau pemudi karena hatinya kecewa berat
Mungkin ia tak akan jengkel dan marah-marah begitu hebat.
Tak boleh memang, tapi ia masih bisa biarkan niat itu lewat,
Karena pelakunya itu pemudi pemuda yang jelas terhormat.
Tetapi dia, penjahat Hambalang serta pendusta kelas berat
Sesumbar mau kendat di Monas jikalau terbukti ikut terlibat,
Bah ... ia benar-benar murka hebat, terhina sudah martabat,
Terhina sampai ke tulang sumsum sampai ke tulang belikat.
Pendek kata tak tahu harus bilang apa, benar-benar dihujat.

Kemudian pada awan-awan yang lewat dititipkan maklumat
Ayo carikan tempat lain buat ini penjahat melakukan kendat.
Awan-awan yang awalnya tak jelas penyebab marah hebat
Akhirnya sepakat setelah ia paham latar belakang maklumat.
Tapi apa yang didapat setelah awan-awan mau ikut terlibat,
Sebarkan maklumat carikan tempat lain bagi penjahat berat?
Bahkan si rumah kosong tua ikut marah hebat keliwat-liwat,
Kala ditawari menjadi pengganti Monas guna tempat kendat.

Bodoh, jahat dan keparat, masih biasa, tetapi dusta berlarat
Yang terus diumbar larat sampai tembus ke rumah malaikat
Benar-benar sulit diterima akal sehat, benar-benar keparat.
Akhirnya semua jelas terlihat, tak ada yang tak merasa berat
Apalagi Monas simbol negara bermartabat, tidak ada tempat
Bagi penjahat untuk kendat, karena dustanya memang hebat.
Dan tahu apa komentar si penjahat kala vonis turun setingkat
Lalu naik berlipat, juga denda korupsi yang sempat diembat?
Rutan KPK buat dia hanya seperdelapan manusia berharkat,
Jadi kalau sekarang ia dipindah, ini namanya karunia berkat.
Ha ... ha ... ha ... benar-benar pendusta ulung yang berbakat.
Apa parameternya, apa ukurannya, menerka tingkat martabat?
Bisa seperdelapan, lalu naik menjadi setengah di lain tempat?

Yah ... mengapa tak diam saja, atau mulai setuju dan sepakat
Untuk tidak lagi berbohong dan berdusta lanjutkan pat-gulipat.
Salah dosa jelas terlihat, dusta rekayasa juga tak ada tempat,
Jadi kalau masih saja berkomentar miring agar tampak hebat
Benar-benar menjadi amat sulit diterima logika dan akal sehat.
Memang masih banyak pekerjaan di depan termasuk ya tobat,
Maka sarannya bagi dikau wahai sahabat, ayolah cepat-cepat,
Hentikan kesaksian rekayasa, jujur lurus terbuka tanpa syarat.
Silahkan dibongkar semua yang memang benar-benar terlibat.
Siapa saja, tetapi yang paling penting tentu yang paling dekat,

Mulai dari diri sendiri, lalu keluarga dekat, kerabat dan sahabat,
Maka semua kesaksian jujur terbuka yang tentunya amat hebat
Pasti akan diharga pasti akan disuka, inilah yang disebut tobat.
Walau stempel pendusta serta penjahat lama tertempel di jidat,
Tapi tidak pernah ada kata terlambat guna lepaskan tali jerat.
Jadi ayo, kalau di tempat yang baru, Sukamiskin itu martabat
Dan harkat sudah naik tingkat bahkan sampai empat kali lipat,
Lalu mengapa tidak berani segera mengaku memang terlibat,
Lalu buka semua yang jelas-jelas sama-sama penjahat berat.

Waktu memang telah lama berlalu, tapi semua mufakat jahat
Tetap harus diungkap, bukan guna lampiaskan benci berkarat
Tapi semata-mata agar keadilan ditegakkan kebenaran diralat.
Pertanyaannya sekarang hai sobat, setelah karir politik tamat,
Kehidupan normal terasa jauh samar-samar dan lamat-lamat,
Harta benda terkuras, kehormatan tidak jelas, mungkin lumat,
Masihkah nurani cukup tegar dan berani ungkap yang terlibat?
Kalau memang ya, nama boleh cemar, harkat tanpa martabat,
Tetapi jika kebenaran berani diungkap mulai dari satu tempat,
Yakni diri sendiri, buatlah pengakuan terbuka sehat terhormat
Lalu tak usah pikirkan yang lain-lain, harapan walaupun cupat.
Jelas masih ada, tibalah masanya untuk benar-benar bertobat
Lupakan yang sudah lewat-lewat termasuk sebuah maklumat,
Yang menolak mentak-mentah janji sesumbar dianggap laknat.
Bongkarlah semua, lalu muat kembali buntalan harkat martabat.
Ya bongkar semua jangan ada yang tersisa, toh sudah terjerat.
Kepalang basah terlibat ayo sekalian bongkar muat itu pejabat.

Di Sukamiskin engkau sekarang merapat, jumpa teman dekat,
Mantan bendahara yang karena merasa ia jadi obyek khianat,
Dengan lantang membuka semua aib para petinggi Demokrat
Dan amatlah jelas semua akibat, satu demi satu para pejabat
Rontok, tersangka, terdakwa, lalu masuk bui; teman sahabat
Berubah saling khianat, tapi karena kebenaran menjadi kiblat,
Berkhianat antar penjahat rasanya boleh juga, ayo beri hormat,
Setelah tiga hari isolasi, engkau pasti jumpa mantan sahabat.
Hapus benci, buang dendam, toh itu sobat tidaklah jahat amat
Dia kan hanya ungkapkan bahwa engkau lebih dalam terlibat,
Dan faktanya kan memang seperti yang disebut oleh itu sobat,

Jadi ayo jabat erat tuh tangan sahabat, lalu bersama sepakat
Mulai membuka kembali kasus lama Hambalang penuh jerat.
Hanya jika dulu leher kalian berdualah yang pertama terlipat,
Sekarang lipat juga tuh leher para sahabat yang jelas terlibat.
Masih banyak hal yang terus samar-samar bahkan tak terlihat
Tibalah waktunya guna melepas tali pengikat singkirkan sekat.
Kebenaran itu biarlah berjalan lurus dan tidak perlu dihambat.

Monas mungkin akan tetap bersikukuh tak cabut itu maklumat
Tapi jika para pengkhianat bertekad bulat akhiri gaya khianat,
Bahkan Monas pun akhirnya tak punya cukup alasan pengikat.
Penjahat telah bertekad bertobat, sikap khianat berakhir tamat,
Maka maklumat yang dulu dimaksud tahan para pengkhianat,
Agar tidak rendahkan harkat martabat, lambang idola melekat,
Mungkin masih ada karena terlanjur dicatat, tetapi kutuk laknat
Tak lagi punya perbawa sebagai pengikat, tak lagi ada kendat.
Ke Sukamiskin kau ini merapat, selamat tinggal kutukan laknat
Semoga dusta berani disikat, jujur terbukalah yang akan diikat.

Tri Budhi Sastrio -- Essi 335 -- SDA19062015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun