Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kasidi Nomor 603: Ibu-ibu Pancasila

4 Desember 2020   20:41 Diperbarui: 4 Desember 2020   21:10 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pinterest.com/receptyizmoreproduktov

Kasidi 603 Ibu-Ibu Pancasila

Ada Pusat Penguatan Karakter di Kemendikbud. Apa saja tugas dan kerja utama mereka? Benarkah karakter itu dapat diperkuat? Apakah sebelumnya diasumsikan lemah? Apakah badan baru ini mengambil tugas ibu yang selama ini dikenal tidak formal dan sekarang menjadi formal? Apakah ini, apakah itu, dan masih banyak lagi pertanyaan 'apakah' yang bisa diajukan, dan apakah para wakil di DPR sana sudah menanyakannya? Kalau sudah apa jawabannya, kalau belum, mengapa belum?

Pusat Penguatan Karakter atau Puspeka merupakan unit organisasi baru di Kemendikbud untuk menunjang pelaksanaan program Penguatan Pendidikan Karakter sebagai program prioritas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kemendikbud atau Kemdikbud? Yang terakhir yang tampaknya akan digunakan saat ini.

Puspeka telah menetapkan 'tujuan' utama, yaitu Pelajar Pancasila yang mempunyai enam ciri. Supaya tidak salah inilah kutipan selengkapnya enam ciri tersebut: 

(1) Pelajar Indonesia yang berakhlak mulia adalah pelajar yang berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Ia memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupannya sehari-hari; 

(2) Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain, sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai dan kemungkinan terbentuknya budaya baru yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa; 

(3) Pelajar Indonesia memiliki kemampuan gotong royong, yaitu kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan sukarela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan; 

(4) Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar yang bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya; 

(5) Pelajar yang bernalar kritis mampu secara obyektif memproses baik kualitatif dan kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya; dan 

(6) Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak.

Baca kembali enam poin yang luar biasa bagus ini. Hampir dapat dipastikan tidak ada yang 'salah', semuanya ok dan ideal. Pertanyaannya apakah tujuan utama pendidikan karakter ini baru sekarang benar-benar terpikirkan lalu setelah dikemas dengan redaksi yang 'muluk-muluk' menjadi sesuatu yang baru dan para cerdik pandai sebelumnya luput sama sekali dari ini? Tentu saja tidak. Ambil kebijakan apa saja di masa lampau yang berkaitan dengan pendidikan dan kebudayaan, dijamin yang enam ini sudah ada di sana, bahkan lebih dari itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun