Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Filsafat ala Kasidi (3): Jangan Meremehkan Masa Depan

3 Desember 2020   01:00 Diperbarui: 14 November 2024   11:45 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://imageanation.com/

Jangan Meremehkan Masa Depan
Tri Budhi Sastrio

Masa depan adalah masa penentu,
Semua yang sekarang atau dulu.
Jika di masa depan ada kursi abu-abu  
Maka sekarang harus ada yang buat dulu.

Akhirnya kata putus diperoleh. Besok sore, di rumah Santi diskusi tentang seminar masa depan akan dilaksanakan. Panitianya lima, jadi dengan Santi yang menjadi tuan rumah semuanya menjadi enam. Ide awalnya, enam orang sepakat menjadi panitia penyelenggara seminar dengan tema 'Masa Lalu, Masa Kini dan Masa Depan'. Karena diperoleh sponsor yang keren, maka persiapan harus lebih matang.

'Tidak gampang memperoleh sponsor yang mau menggelontorkan uang puluhan juta untuk sebuah seminar yang belum jelas untuk apa dan apa hasilnya,' Sawung melontarkan komentar ini setelah kepastian didapat. 'Karenanya kita tidak boleh bermain-main.'

Bermain-main? Bermain-main gundulmu. Emangnya kapan kita pernah bermain-main? Kasidi memang tidak berkata-kata apa tetapi kerutan alisnya seakan-akan melantang protes senyapnya.

'Lho tetapi kita kan tidak pernah bermain-main,' Kumantar menjawab lugas. 'Kita tidak pernah bermain-main, Wung. Yah, jangan sampai pak Ratno mendengar komentar bodohmu, ya. Jika kucuran dananya distop gara lidah bodohmu mengatakan belum jelas untuk apa dan apa hasil seminar ini, bukankah kita semua juga yang akan merugi?'

Ini baru benar. He he he ... boleh juga nih kawan. Sawung seharusnya mengucapkan itu nanti, dan tidak seperti sekarang. Belum lima meter ke luar dari kantor pak Ratno yang megah ini, eh komentarnya sudah memerahkan telinga. 

'Iya,' Sawung menjawab pelan. Entah terpengaruh oleh teguran Kumantar, entah karena sebab yang lain, tetapi volume turun drastis. 'Ayo segera dibicarakan tehnis pelaksanaan yang sedikit hebat sehingga pak Ratno tidak kapok jika kapan-kapan didatangi lagi untuk diminta bantuan.'

Kami berempat mengangguk. Himawan malah tersenyum lebar. Setuju. Dan begitulah, keputusan akhir berhasil diambil setelah Santi dan Suwarno berhasil dihubungi. Diskusi akan diadakan di rumah Santi untuk memantapkan semua rincian kegiatan yang diperlukan.

***

          Keesokan sorenya di rumah Santi Guntara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun