Kasidi 208 Â Selaras dengan KehendakNya
'Pada pagi-pagi hari dalam perjalanan-Nya kembali ke kota, Tuhan merasa lapar. Dekat jalan Ia melihat pohon ara lalu pergi ke situ, tetapi Ia tidak mendapat apa-apa pada pohon itu selain daun-daun saja. Kata-Nya kepada pohon itu: "Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!" Dan seketika itu juga keringlah pohon ara itu.'
Selain insiden pohon dan buah ara, inti perikop ini berkaitan dengan masalah percaya. Percaya yang dimaksud adalah percaya yang total, yang 100%, tanpa celah keragu-raguan sedikit pun. Dan untuk percaya yang semacam ini, sama sekali tidak mudah.
Rasional, logika, nalar, dan pikiran manusia seringkali menjadi penghalang utama untuk mampu menerapkan percaya sepenuhnya.
Memang rasanya tidak masuk akal juga jika hanya berbekalkan yakin dan percaya lalu sesuatu yang diinginkan dapat terwujud. Diperlukan usaha dan kerja nyata untuk mewujudkan. Tidak cukup hanya yakin dan percaya tetapi kemudian diam saja. Tentu saja ini benar karena percaya total yang dimaksud Tuhan bukanlah percaya total yang diam saja melainkan percaya dengan kerja dan usaha tetapi jangan juga percaya total tersebut menjadi percaya total yang mencobai Tuhan. Jadikanlah percaya total yang dimiliki adalah percaya total yang selaras dengan kehendakNya.
Pertanyaan dalam Kasidi no. 208 ini adalah bagaimana seseorang mengetahui kehendak Tuhan? Tidak mungkin mengetahui kehendak Tuhan yang sebenarnya jika Dia tidak berkenan menganugerahkannya, dan anugerah itu - jika memang dikaruniakan - selalu bersama-sama dengan kerendahan dan kemurahan hati.
Atau dengan kata lain kenali kehendak Tuhan dengan dua sifat utama ini sehingga percaya total yang muncul bukanlah percaya total yang mencobai. Selamat percaya total pada Tuhan dalam keselarasan dengan kehendakNya, dalam sikap rendah hati dan murah hati. Kasidi no. 208 - tbs-13092016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H