Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kasidi Nomor 496 - Perpustakaan Dunia Maya

7 Maret 2019   09:12 Diperbarui: 11 Maret 2019   10:26 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasidi no. 496     Perpustakaan Dunia Maya     

Perpustakaan dunia maya benar-benar luar biasa. Semua ada, semua tersedia. Tentu saja ada yang belum tersedia, tetapi itu semata-mata masalah waktu saja. 

Jika masanya tiba, lalu ada yang bersedia, maka koleksinya sudah pasti akan ada. Gedungnya seluas cakrawala alam semesta, sejauh barat ke timur, sejauh selatan ke utara. 

Koleksi pustakanya sebanyak keinginan dan semangat manusia yang mau menyimpannya, dan hebatnya semuanya gratis alias cuma-cuma. Jika ada yang nekad mengenakan biaya maka akan segera dilibas oleh penyedia lainnya yang benar-benar gratis dan cuma-cuma.

Itulah gambaran pustaka dunia maya. Pintu dan jendelanya terbuka lebar-lebar ke semua arah di alam maya pada. Di bandara oke, di terminal kereta tidak masalah, di taman bekerja sempurna, di kantor, di gedung, di sekolah, di universitas, pokoknya di mana saja, pustaka dunia maya dapat diintip, dapat diajak berbicara, dapat diajak bercengkerama, dapat diajak bekerja sama membuat dunia menjadi lebih damai dan indah.

Mereka yang bekerja di dunia pendidikan merasakan sendiri betapa mudah dan tidak terbatasnya kembara mengasyikkan menjelajahi pustaka dunia maya. 

Sepanjang semangat masih membara dan tenaga masih ada, tak ada batasan bagi mereka. Sayangnya pernyataan ini hanya cocok untuk kota. Untuk desa? Tunggu dulu.

Janji negara bahwa pintu dan jendela pustaka dunia maya juga terbuka bagi mereka, sampai saat ini tampaknya isapan jempol semata. Jangankan yang tidak mempunyai sarana dan dana, yang punya pun konon kabarnya masih harus sering mengurut dada. Pintu dan jendelanya masih tertutup rapat di banyak desa. 

Masih terlalu sering tertutup. Di banyak desa lainnya malah sama sekali tertutup. Perpustakaan ragawi mungkin terbuka pintu dan jendelanya, tetapi pustaka yang ada di sana tak hanya sedikit jumlahnya tetapi juga ketinggalan jaman koleksinya. Kapan pintu dan jendela yang sudah terbuka lebar di kota juga akan terbuka lebar di desa?

Masalah lain muncul manakala keserakahan korporasi besar tidak terbendung hasratnya. Tipu-tipu manis dijalankan. Mulanya cukup halus, tidak kasar dan tidak menyakitkan tetapi lama-kelamaan banyak yang tertipu. Janji 'unlimited' dan 'kuota' seringkali disamarkan sedemikian rupa sehingga jangankan pemula, mereka yang sudah berpengalaman pun akan dengan mudah tertipu.

 Memang pernah ada masanya label 'unlimited' memang benar-benar tidak terbatas dalam artian pengguna dapat menjelajahi dunia maya dengan bebas. Tetapi masa itu tampaknya sudah berakhir dan mungkin tidak akan pernah kembali. Atau barangkali masih mungkin? Simak saja komentar yang ada dalam catatan singkat di atas ini. Kasidi no. 496 - 087853451949 -- SDA07032019/2013  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun