Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mana yang Lebih Rasional?

17 Mei 2013   16:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:25 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sekali lagi, siapa sih yang Anda mintai informasi sebelum membuat keputusan terkait penghargaan Anda tersebut? Apa yang menjadi motivasi Anda untuk memberikan penghargaan itu kepada Presiden terkait toleransi beragama padahal ia sangat jelas tidak memiliki keberanian sedikitpun untuk menunaikan tanggungjawabnya melindungi kaum minoritas?

Saya harus menambahkan bahwa saya bukan radikal, juga bukan "ekstrimis hak asasi manusia" (jika ada istilah seperti itu). Saya sekadar menunjukkan bahwa begitu banyak kemunafikan. Anda dipermainkan oleh mereka - yang jumlahnya masih sedikit - kaum radikal yang ingin memurnikan Indonesia dari apa saja yang mereka anggap sebagai ajaran sesat dan kafir. Franz Magnis-Suseno SJ

Lalu, berikut adalah tanggapan dari Dr. Julian A. Pasha sebagai jurubicara presiden

Terkait adanya rencana penghargaan World Statesman Award kepada Presiden SBY dari Appeal of Conscience Foundation (ACF), perlu disampaikan hal berikut:

Penghargaan itu diberikan oleh sebuah lembaga internasional independen yang kredibilitasnya diakui oleh dunia. Lembaga ini telah beberapa kali memberikan awards kepada Kepala Negara, seperti: PM Canada, Presiden Korsel, Kanselir Jerman, dan PM Inggris Gordon Brown. Awards diberikan dalam konteks kenegarawanan seseorang, yang dinilai berjasa dan berhasil bagi terciptanya perdamaian, toleransi beragama dan demokrasi.

Untuk diketahui, kami tidak pernah meminta agar Presiden SBY mendapat penghargaan apa pun, dari mana pun. Bila kemudian itu award dari ACF dipersoalkan oleh seseorang atau sekelompok orang di dalam negeri, tentu kami mendengarkan itu dalam konteks kebebasan berbicara dan berpendapat. Namun bila pandangan yang mengatasnamakan wakil suatu komunitas, kemudian memprotes dengan memaksa untuk menolak rencana pemberian award oleh ACF, yang disampaikan secara terbuka seolah dirinya mewakili semua, maka itu jelas satu cara pandang yang sempit didasari penafsiran filsafat politik minus etika.

Jadi sesungguhnya, protes atas rencana pemberian award dimaksud, hanya membuat orang tahu bahwa di sini masih ada orang yang berpikiran sempit (narrow-minded) kepada Kepala Negaranya. Kami berharap, pihak pemberi award tidak merasa dilecehkan oleh mereka dan memaklumkannya. Julian A. Pasha

Bagaimana? Sudah mempunyai pendapat dan ingin ikut memberikan komentar? Bukankah keduanya sedang melihat ke luar melalui jendela kamar masing-masing yang sudah dipasangi pipa?

Dr, Tri Budhi Sastrio – tribudhis@yahoo.com – HP, 087853451949
Department of Modern Languages and Literature
University of Adam Mickiewicz - Poznan, Poland.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun