Sondang – Pejuang atau hanya Pecundang?
Sondang akhirnya pergi demi sesuatu yang penuh misteri bagi banyak dari kita,
Penuh misteri karena tampaknya sarjana honoris causa ini tak pernah secara
Gamblang dan eksplisit menyatakan bahwa apa yang dilakukan di depan istana
Adalah untuk ini, atau untuk itu, atau bukan untuk ini, atau bukan untuk itu, hanya
Yang jelas setelah memutuskan membakar diri pemuda ini dipanggil yang kuasa.
Empat hari penuh perjuangan tim dokter untuk menyelamatkan jiwa ini mahasiswa
Berakhir dengan kata putus yang diakui hanya sebagai hak milik sang pencipta.
Selamat jalan Sondang, semoga damai dan ampunan diberikan oleh Dia di sana.
Kepergian dini seorang pemuda harapan bangsa, apa pun alasannya, senantiasa
Ada duka mengiringinya, apalagi bagi sosok pemuda yang sarjana honoris causa,
Tepatnya sarjana hukum honoris causa, yang nekad membakar diri depan istana.
Walau pada awalnya tak banyak yang peduli, tetapi akhirnya kita terperangah juga,
Karena akhirnya pemuda ini sambil tinggalkan misteri pergi untuk selama-lamanya.
Mengapa membakar diri tetap misteri karena yang tahu persis alasannya hanya dia
Dan Sondang tak pernah secara nyata mengkomunikasikannya pada siapa saja.
Ketua Himpunan Advokasi dan Studi Marhaenis Muda untuk Rakyat Bangsa Indonesia,
Sondang tentu saja piawai dan banyak memahami tujuan inti pergerakan mahasiswa,
Yaitu memperjuangkan kesejahteraan seluruh anak bangsa, kedaulatan ini negara,
Dan memastikan bahwa dalam pergaulan antar bangsa martabat kita masih punya.
Inilah inti perjuangan setiap elemen bangsa, termasuk juga mahasiswa muda perwira,
Di samping tentu saja - ini tak kalah pentingnya – memastikan bahwa penguasa,
Tidak bertindak semena-mena mempermainkan aturan negara sehingga seenaknya
Melanggar hak azasi manusia termasuk berperilaku culas tidak jujur dan penuh dusta
Merompak uang negara, memanipulasi data dan kuasa, pokoknya perilaku laksana
Bajingan tengik tak punya malu menggadaikan bermartabat dan harga diri bangsa.
Inilah inti perjuangan Sondang sarjana hukum honoris causa yang entah mengapa
Akhirnya membakar diri di depan istana, meninggalkan misteri duka lebar menganga.
Pertanyaan yang mungkin tersisa dari kita untuk engkau anak muda harapan bangsa,
Apakah dengan membakar raga engkau yakin bahwa perjuangan mega mahasiswa,
Akan jauh lebih berwibawa, akan lebih membahana, dan ... akan lebih berdaya guna?
Perjuangan mahasiswa memang akan tetap menggelora membanjiri cakra nusantara
Mengingatkan para penguasa agar jangan menggadaikan martabat dan harga bangsa
Dengan terus menerus berperilaku tidak terpuji, mengobral dusta di seantero negara,
Bahkan tanpa demonstrasi – yang memang tak disetujui oleh ayah Sondang karena
Sangat sering memacetkan lalu lintas kota – gelora gegap gempita sabda anak muda
Tetap akan menjadi payung utama gerakan nan lurus menyejahterakan seluruh warga.
Tanpa demonstrasi anak muda .... suaramu akan tetap lantang gempar membahana.
Ya tanpa demonstrasi suara kalian tetap didengar bahkan oleh yang tak bertelinga.
Lalu ... lalu mengapa ... membakar raga hai anak muda ... bagaimana dengan bunda,
Yang meratap bercucuran derai duka lara air mata melihat putra harapan bangsa
Tak lagi berani menemani keluarga menapak masa depan yang seharusnya mulia?
Mengapa engkau hanya berani membakar raga tetapi tak berani menemani bunda?
Bagaimana hai anak muda jika rintihan sunyi ini berulang kali dibisikkan oleh mama,
Melihat engkau hanya berani membakar raga tetapi tak cukup berani membakar jiwa
Menemani mama dan papa mengarungi kehidupan yang pasti jauh akan lebih ceria,
Jika engkau di samping kami berdua – ah Sondang, meski sempat terbersit satu tanya,
Engkau ini pejuang atau hanya pecundang, tetapi kami tetap cinta, wahai anak muda!
Dr. Tri Budhi Sastrio – tribudhis@yahoo.com – HP. 087853451949
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H