Salah satu cabang fundamental filsafat adalah epistemologi. Secara spesifik, epistemologi berhubungan dengan karakter, sumber, Batasan dan validitas pengetahuan. Dari sudut pandang epistemologi, segala sesuatu yang kita klaim kita ketahui, apakah dalam bidang sains, Sejarah, maupun fenomena kehidupan sehari-hari. Tidak hanya itu, semua konsep-konsep tentang kehidupan manusia, teori-teori tentang alam semesta, bahkan penegasan tentang kejadian sehari-sehari, membutuhkan semacam pembenaran rasional. Dengan ini, pertanyaan-pertanyaan epistemologi mendasari seluruh penjelajahan filosofis lainnya.
Epistemologi sendiri berasal dari kata Yunani epistime (pengetahuan dan logos) perkataan, pikiran, ilmu. Kata "episteme" dalam bahasa Yunani berasal dari kata kerja empistamai, artinya mendudukan, menempatkan, atau melaksanakan. Sebagai cabang ilmu filsafat epistemologi bermaksud mengkaji dan mencoba menemukan ciri-ciri umum dan hakiki dari pengetauhan manusia. Epistemologi juga bermaksud secara kritis mengkaji pengandaian-pengandaian dan syarat-syarat logis yang mendasari dimungkinkannya pengetauhan serta mencoba memberi pertanggungjawaban rasional terhadap klaim kebenaran dan objektivitasnya.Â
Â
Epistemologi atau filsafat pengetahuan pada dasarnya juga merupakan suatu upaya rasional untuk menimbang dan menentukan nilai kognitif pengalaman manusia dalam interaksinya dengan diri, lingkungan sosial, dan alam sekitarnya. Karena itu epistemologi adalah suatu displin ilmu yang bersifat evaluatif, normatif, dan kritis. Evaluatif berarti bersifat menilai, ia menilai apakah suatu keyakinan, sikap, pernyataan pendapat, teori pengetahuan dapat dibenarkan, dijamin keber.arannya, atau memiliki dasar yang dapat dipertanggungjawabkan secara nalar. Normatif berarti menentukan norma atau tolak ukur.
Â
Epistemologi sebagai cabang ilmu filsafat tidak cukup hanya memberi deskripsi atau paparan tentang bagaimana proses manusia mengetahuai itu terjadi, tetapi perlu membuat penentuan mana yang betul dan mana yang keliru berdasarkan norma epistemik. Sedangkan kritis berarti banyak mempertanyakan dari menguji penalaran cara maupun hasil kegiatan manusia. Yang dipertanyakan adalah baik asumsi-asumsi, cara kerja atau pendekatan yang diambil, maupun kesimpulan yang ditarik dalam berbagai kegiatan kognitif.
Â
Ketika seseorang mulai menggunakan rilikan epistemologis terhadap segala hal yang diketahuinya, maka akan memasuki level-level kenyataan yang lebih dalam dan sering kali tidak terlihat oleh kebanyakan orang. Sekalipun peristiwa atau fakta yang ia saksikan hanyalah fenomena sederhana sehari-hari yang tidak pernah lagi diganggu gugat oleh orang banyak, namun dengan perspektif epistemologis di balik fenomena sederhana itu ternyata menyimpan asumsi-asumsi yang cukup rumit. Kerumitan kita dalam mempersepsi beragam peristiwa dan fakta kehidupan inilah yang menjadi salah satu problematika epistemologis. Dalam perspektif Zaine Ridling paling tidak ada beberapa problematika epistemologis.
Â
Seperti fenomena bunuh diri di beberapa wilayah Indonesia semakin hari semakin meningkat. Seperti penyakit menular, bunuh diri menjadi trend alternatif  penyesalan masalah dalam hidup seseorang. Dengan cara dan latar belakang yang berbeda -beda, bunuh diri itu dilakukan seseorang untuk mengakhiri hidupnya. Berbagai kasus bunuh diri menjadi fakta atas lebih jelasnya persoalan yang dihadapi seseorang. Kasus yang menarik perhatian umum terutama mahasiswa, seperti pada hari Sabtu, 8 Oktober 2022 seorang pemuda mahasiswa Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM), mengakhiri hidupnya dengan melompat dari lantai 11 Hotel Potra, Sleman, Daerah istimewa  Yogyakarta (DIY). Sebelim mahasiswa itu mengakhiri hidupnya, ia pergi ke piskolog. Hal ini dibuktikan dengan di temukannya surat keterangan psikolog didalam tasnya. Karena hal inilah akhirnya dia pun bertekat bunuh diri.
Â