Sekitar sepuluh tahun yang lalu, berbagai stakeholder yang terdiri dari Lembaga pemerintahan pusat dan daerah, pihak swasta, NGO dan Masyarakat Adat Wehea bersepakat bergabung dalam sebuah forum pengelolaan Bentang Alam Wehea Kelay.
Wehea-Kelay adalah sebuah bentang alam yang memiliki nilai konservasi alam yang penting, terutama sebagai habitat orangutan morio (Pongo pygmaeus morio). Arealnya meliputi dua wilayah administrative kabupaten yaitu Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten Berau denga areal delineasi seluas 532.143 ha.
Areal tersebut meliputi berbagai unit manajemen, yaitu hutan lindung Wehea, beberapa Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (BPPH) Hutan Alam dan Hutan Tanaman, Perkebunan kelapa sawit dan lahan Masyarakat.
Ekspose Hasil Kolaborasi
Setelah sekitar sepuluh tahun berkolaborasi, pada tanggal 10 Desember 2024 di Hotel Mercure, Samarinda diselenggarakan ekspose Hasil Kolaborasi Pengelolaan Sumber Daya Alam Berkelanjutan Skala Bentang Alam di Wehea-Kelay. Kegiatan diselenggarakan oleh Forum Wehea-Kelay yang dimotori oleh Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur.
Daftar undangan meliputi Pemerintah Pusat (Kementerian Kehutanan), Pemerintah Daerah (Dinas Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup, KPH), Badan Riset dan Inovasi (BRIN), BPPH HA dan HTI, Perusahaan Kebun Sawit, Akademisi, LSM, dan media massa.
Kegiatan diawali dengan sajian tari perang dan permainan Sampek oleh para pemuda asli Suku Dayak Wehea. Sebuah tarian yang menggambarkan perjuangan dua orang pemuda untuk mendapatkan hati seorang gadis Dayak Wehea.
Talk Show
Ekspose dikemas dalam bentuk talkshow dengan menghadirkan empat narasumber, yaitu Yuliana Wetuq (mewakili Lembaga Adat Wehea), Totok Suripto (Direktur Utama PT Gunung Gajah Abadi), Prof. Dr. Irawan Wijaya Kusuma (Dekan Fahutan UNMUL), dan Dr. Wiratno (Anggota Dewan Pengawas YKAN).