Mohon tunggu...
Tri Atmoko
Tri Atmoko Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peneliti Satwa Liar

Pengalaman menelusuri hutan, berbagai pengetahuan alam dan satwa liar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cinta Enggang Terenggut di Sarang

1 November 2024   11:46 Diperbarui: 1 November 2024   12:29 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Induk burung enggang bersama anak di sarangnya (Dok. Pribadi AI) 

Di puncak hutan yang lebat dan sunyi,
Enggang jantan terbang menyusuri pagi,
mencari makanan demi istri dan anak,
di sarang tersembunyi, jauh dari gelak.

Namun, hari ini langit tidak ramah,
suara tembakan pecah, riuh, lantah,
Enggang jantan terkulai lemah,
kepalanya, mahal; tubuhnya, punah.

Sementara di sarang yang gelap, dalam,
ibu dan anaknya menunggu dengan diam,
tanpa tahu bahwa harapan mereka telah hilang,
tanpa tahu ayah tak akan pulang.

Hari demi hari, lapar mulai menjalar,
paruh kecil merintih, berharap ajar,
ibu hanya mampu diam dan menanti,
menyisakan nyeri hingga mati.

Oh, Enggang yang anggun, mengapa kau diburu?
Padahal cintamu begitu tulus dan syahdu,
kepalamu mahal, namun hidupmu murah,
hilang dalam gelap di tangan yang buta arah.

Semoga hutan menangis di tiap rinai,
atas hilangnya enggang dan segenap damai,
karena setiap tembakan, setiap luka,
adalah janji sunyi yang terabaikan di dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun