Saat ini, perjalanan kereta api menawarkan pengalaman yang benar-benar berbeda dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Perkembangan infrastruktur dan teknologi yang semakin maju membuat kereta api semakin nyaman dan efisien sebagai alat transportasi.
Banyak kereta yang dilengkapi dengan fasilitas modern seperti AC, kursi lebih ergonomis, dan colokan listrik di setiap kursi. Selain itu, aplikasi online dan mesin penjual tiket di stasiun memudahkan pembelian tiket sehingga menghilangkan antrean panjang penumpang. Gunakan kartu elektronik atau kode QR Anda saat check-in untuk menjadikan perjalanan Anda lebih efisien.
Selain nyaman, kereta juga lebih tepat waktu. Manajemen dan penjadwalan yang terstruktur dapat meminimalkan penundaan kereta api bahkan di beberapa jalur kereta berkecepatan tinggi.
Pengelolaan stasiun dan kereta api untuk memastikan keamanan dan kebersihan, sehingga memberikan ketenangan pikiran bagi penumpang, terutama selama musim liburan ketika jumlah penumpang meningkat.
Selain itu, beberapa stasiun kereta api besar dilengkapi dengan fasilitas seperti area bermain anak, ruang menyusui, dan akses bagi penyandang disabilitas, menjadikan perjalanan kereta api lebih inklusif untuk berbagai kelompok masyarakat.
Meskipun terdapat kemajuan yang signifikan, masih terdapat tantangan yang perlu diatasi. Beberapa jalur kereta api di daerah terpencil masih memerlukan perbaikan agar lebih aman dan cepat.
Kepadatan penumpang pada jam-jam sibuk juga menjadi permasalahan yang berdampak pada kenyamanan beberapa jalur perkotaan. Tantangan lainnya adalah mempertahankan kualitas layanan yang baik meskipun jumlah penumpang terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun secara keseluruhan, bepergian dengan kereta api telah menjadi pengalaman yang lebih nyaman, aman, dan praktis bagi banyak orang di Indonesia.
Namun tentunya banyak juga yang pernah mengalami naik kereta api pada masa lalu, tentu suasanya sangat jauh berbeda. Misalnya pengalaman penulis saat naik kereta api rute Malang-Blitar-Tulungagung di era 1990-an memang penuh cerita yang tak terlupakan. Tiket kereta waktu itu murah, tapi tidak semua orang membeli. Kalau tidak punya tiket, banyak penumpang yang pintar menghindari petugas. Begitu melihat kondektur datang dari ujung gerbong, ada saja yang langsung bergerak cepat---entah masuk ke toilet atau beralih ke gerbong lain. Di toilet, penuh sesak orang yang sembunyi. Suara derak rel dan bau khas gerbong yang sudah usang jadi bagian dari pengalaman. Ketika pemeriksaan selesai, semua orang yang sembunyi pun keluar lagi seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Pengelaman seperti itu diamali penulis sendiri pada kurun waktu 1996-1999. Saat itu sepekan sekali penulis mengikuti lomba lintas alam di daerah Blitar, Tulungagung dan Malang. Saat itu uang saku anak kos Tingkat SMA masih sangat terbatas. Jadi ya. perjalanannya nyari yang illegal alias gratisan. Baru saat ini penulis sadari, tidak menyangka pernah melakukan hal itu.
Kereta ekonomi memang penuh orang, dan tak jarang banyak yang berdiri berdesakan, berpegangan di pintu kereta yang selalu terbuka. Pemandangan ini memang jadi khas kereta api jaman dulu. Melaju di atas rel yang berkelok dan sedikit bergoyang, sambil berdiri di pintu kereta, sensasinya serasa beda, apalagi saat mendekati terowongan di Blitar yang cukup panjang.