Di tengah rimbunnya hutan Kalimantan, seekor anak orangutan bernama Rimba duduk memandangi langit yang perlahan tertutup asap tebal. Dengan wajah bingung, Rimba memandang ibunya, yang sedang bergelayut di dahan yang mulai jarang daunnya.
"Ibu," panggil Rimba sambil menunjuk ke arah pohon-pohon yang tumbang dan tanah yang gersang.
"kenapa hutan kita jadi rusak? Tempat bermainku sudah hilang, pohon-pohon sudah tak sebanyak dulu. Kemana kita akan pergi, Bu?"
Ibu orangutan, dengan suara lembut dan mata yang penuh kasih, membelai kepala Rimba.
"Anakku, hutan ini dulu sangat luas dan hijau, penuh pohon yang tinggi. Ini adalah rumah kita, tempat kita berlindung, makan, dan tumbuh. Namun sekarang, manusia datang dan menebang banyak pohon untuk membuat tempat tinggal dan ladang. Mereka lupa bahwa hutan ini juga adalah rumah bagi kita dan banyak makhluk lain."
Rimba termenung, melihat sekelilingnya yang sudah tak sama lagi.
"Tapi, Bu, jika hutan ini hilang, kemana kita akan tinggal? Bagaimana kita bisa bertahan hidup tanpa pohon-pohon yang melindungi kita?"
Ibu orangutan menarik napas dalam, berusaha memberi semangat pada anaknya.
"Kita masih punya cara untuk bertahan, Rimba. Kita harus belajar lebih bijak dalam mencari makan, lebih hati-hati saat memilih pohon untuk beristirahat. Dan yang paling penting, kita harus tetap bersama. Selama kita saling menjaga, kita bisa bertahan. Masih ada orang-orang yang peduli pada hutan ini, yang berusaha menyelamatkannya. Mereka mencoba menanam pohon baru dan melindungi kita dari bahaya. Kita harus bersabar dan tetap kuat."
Rimba mengangguk, meskipun hatinya masih gundah. Dia tahu tantangan akan terus ada, tapi ia merasa sedikit tenang mengetahui bahwa ibu dan makhluk hutan lainnya akan berjuang bersama-sama. Mereka akan bertahan, bukan hanya dengan kekuatan tetapi juga dengan harapan dan keteguhan hati.