Mohon tunggu...
tri aswanto
tri aswanto Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk menggenggam dunia

Lahir di Yogyakarta, 28 Januari 1966 Alamat tempat tinggal : Perum Ngelowetan Demak Blok G/6 RT.02 RW.06, Mijen, Kab. Demak 59583 Pekerjaan : Guru PNS di SMAN 1 Mijen, Kabupaten Demak

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Peranan DOGMIT dalam Mengatasi Kesenjangan Pendidikan di Indonesia

1 Januari 2016   15:28 Diperbarui: 1 Januari 2016   15:28 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Pendahuluan
Meski terus mengalami perkembangan, tidak bisa dipungkiri adanya fakta bahwa pendidikan di Indonesia mengalami kesenjangan yang cukup lebar, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Sebagian masyarakat kita telah mendapatkan sentuhan pelayanan yang memadai bahkan moderen, sementara sebagian lainnya belum memperolehnya. Pemerataan untuk memperoleh pendidikan yang memadai, apalagi moderen, belum terasa secara signifikan; meskipun upaya-upaya ke arah itu terus digalakkan.
Sementara itu persoalan-persoalan yang dihadapi oleh anak-anak negeri ini ke depan terus bermunculan dan semakin kompleks seiring dengan berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu efek gelombang globalisasi dalam tata pergaulan internasional semakin menambah berat tantangan / beban yang harus diarungi oleh bangsa ini.
Kita sangat meyakini bahwa pendidikan bisa dipakai sebagai sarana untuk menyajikan solusi berbagai problem seberat apapun yang dihadapi oleh bangsa ini. Pendidikan merupakan kunci untuk membuka masa depan Indonesia yang adil dan makmur, sejahtera lahir dan batin, serta berperadaban moderen yang masih mengakar pada peradaban adi luhung bangsanya sendiri.
Oleh karena itu penyelenggaraan pendidikan harus terus dibenahi dan ditingkatkan. Tanpa sistem pendidikan yang baik, maka niscaya keyakinan dan keinginan kita di atas tidak akan terwujud. Lalu apa peranan DOGMIT dalam upaya ini?
Penyebab Kesenjangan?
Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya kesenjangan pendidikan di Indonesia. Salah satunya adalah faktor geografis. Negara Indonesia adalah negara kepulauan, yang terdiri dari 13 ribu pulau, dimana masing-masing pulau dikelilingi oleh perairan luas. Secara geografis juga menunjukkan bahwa Indonesia merupakan kawasan deret pegunungan sehingga terbentuk daerah-daerah dataran tinggi dan lembah-lembah curam yang sangat banyak. Sungai-sungai besar maupun kecil, dengan arus tenang maupun deras, juga banyak terbentang di kawasan wilayah Indonesia. Dengan kondisi geografis tersebut bisa dimaklumi jika upaya pemerataan pelayanan pendidikan mengalami kesulitan. Tidak terelakkan kesenjangan pendidikan, baik secara kuantitas maupun kualitas, terjadi di mana-mana.
Terbatasnya sarana dan prasarana yang memadai yang dimiliki oleh pemerintah turut menjadi andil penyebab terjadinya kesenjangan di bidang pendidikan. Kondisi geografis/alam Indonesia sangat membutuhkan sarana-prasarana yang memadai, bukan hanya alat-alat transportasi (darat, air, udara) melainkan juga piranti-piranti informasi dan komunikasi yang berteknologi canggih. Dengan demikian penyelenggaraan pelayanan pendidikan menuntut investasi dana yang sangat besar, padahal kemampuan keuangan negara juga sangat terbatas. Kondisi demikian menyebabkan pelayanan pendidikan sulit menjangkau seluruh kawasan.
Kesenjangan pendidikan juga disebabkan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar. Implikasi dari tingginya jumlah penduduk adalah terbatasnya daya tampung sekolah. Ini bisa dilihat dari masih banyaknya jumlah anak putus sekolah maupun buta huruf hingga saat ini. Implikasi lain adalah fasilitas-fasilitas belajar tidak bisa disediakan secara baik. Akibatnya mutu pendidikan menjadi merosot. Seringkali terkait pengadaan fasilitas-fasilitas belajar ini pihak orang tua dibebani biaya yang cukup berat.
Sangat terasa bahwa daerah-daerah yang padat penduduknya, seperti perkotaan, memerlukan perhatian dan penanganan yang serius. Konsentrasi pembangunan, termasuk di bidang pendidikan, terarah di daerah-daerah ini. Wajar kalau kemudian hal ini juga memunculkan adanya kesenjangan pelayanan maupun kualitas pendidikan antara daerah-daerah perkotaan dengan daerah-daerah pelosok.
Peran DOGMIT?
DOGMIT adalah bentuk penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bagi guru-guru melalui sarana teknologi informasi dan komunikasi, yaitu dengan mengakses internet, yang dikenal dengan e-training atau sistem Diklat On-line. DOGMIT sebetulnya merupakan singkatan dari Diklat On-line Guru Melek IT. DOGMIT ini diprakarsai / diselenggarakan oleh Bapak Sukani, seorang guru.... Cara mengikuti DOGMIT ini adalah dengan mengakses situs di http://e-traininggurumelekit.edu.org. Diklat ala DOGMIT ini menggunakan pola 12 hari atau sama dengan 60 jam.
Kehadiran DOGMIT dimotivasi oleh adanya keprihatinan atas terkendalanya upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) tenaga pendidik, baik oleh karena waktu, kesempatan, ruang, biaya, maupun fasilitator / tenaga ahli yang terbatas. Penyelenggaraan diklat-diklat konvensional melalui tatap muka selama ini tidak dapat menyentuh seluruh guru, yang saat ini jumlahnya mencapai hampir 3 juta orang. Pelaksanaan diklat dapat dilakukan kapan saja (24 jam non stop) dan di mana saja. Dengan demikian dapat terjadi peningkatan kompetensi/kualitas guru yang tidak dibatasi oleh sekat ruang dan waktu sehingga lebih efektif dan efisien.
Diklat on-line guru melek IT ini memiliki beberapa tujuan. Pertama, memfasilitasi peningkatan kompetensi guru terkait pemanfaatan IT dalam proses pembelajaran. Kedua, mensosialisasikan pemanfaatan teknologi e-training atau diklat on-line sebagai salah satu sarana untuk memperluas upaya peningkatan kompetensi guru. Ketiga, memfasilitsi guru dalam rangka pengembangan keprofesionalan berkelanjutan (PKB).
Saat ini DOGMIT yang dikelola oleh peraih penghargaan …….. ini telah berlangsung dalam 30 Angkatan. Dalam angkatan yang ke-30 jumlah pesertanya lebih dari 20 orang. Bisa dihitung jika rata-rata peserta per angkatan adalah 20, maka dalam 360 hari (30X12 hari) telah lahir tenaga-tenaga guru berkualitas sebanyak 600 orang (30 angkatan X 20 orang). Bisa kita bayangkan/hitung untuk waktu 2 atau beberapa tahun kemudian, suatu jumlah yang tidak bisa dihitung sedikit. Mereka berasal dari berbagai wilayah/pelosok di tanah air.
Penutup
Dari uraian tersebut di atas dapat kita simpulkan peranan DOGMIT dalam upaya mengatasi kesenjangan pendidikan di Indonesia, terutama terkait dengan kualitas, sangat besar. Pertama, DOGMIT sangat berjasa dalam membantu pemerintah untuk meningkatkan kualitas/kompetensi guru-guru. Upaya pemerintah dalam hal ini sering terkendala oleh terbatasnya waktu, kondisi geografis Indonesia, kesempatan, sumber dana dan tenaga-tenaga ahli. Kedua, DOGMIT telah berhasil menjadi fasilitaor bagi guru-guru yang ingin meningkatkan kualitas dan kreatifitasnya dalam proses pendidikan. Ketiga, terjadi pemerataan guru-guru yang berkualitas dan kretaif di seluruh wilayah Indonesia. Keempat, dengan terjadinya pemerataan kualitas tenaga-tenaga guru maka terjadi pula pengurangan kesenjangan, terutama terkait kualitas, pendidikan di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun