Saat melihat tayangan televisi beberapa waktu lalu, saya baru kepikiran untuk menuliskan ini. Perjalanan saya satu tahun lalu dikampung kelahiran papa saya, tepatnya di kabupaten Malang.
Menjadi salah satu referensi saya didaerah perdesaan yang jauh dari kotanya. Di Turen tepatnya Sananrejo, ada sebuah pondok pesantren yang didalamnya terdapat mesjid yang indah. Masjid dengan ukiran-ukiran tulisan arab dan juga kemegahan masjid tersebut.
Yaaa, masjid Tiban. Masjid yang didirikan di tengah-tengah pemukiman penduduk. Yang konon, arti namanya Masjid Tiban karena pembuatan yang tidak diketahui oleh warga sekitar. Namun setelah saya membaca salah satu artikel yang bilang bahwa itu sudah dibuat pada tahun 90an, cukup lama memang. Namun sampai kunjungan saya kemarin pun masih belum ada tanda-tanda rampung.
Saat saya melakukan perjalanan kesana, yang letaknya tidak memakan waktu terlalu lama hanya sekitar 30 menit dari kampung papa saya. Dan sampai kesanapun kita memasuki dahulu sebuah pesantren Biharu Bahri’Asali Fadlaailir Rahmah, dengan menggunakan tiket yang nanti akan diserahkan kembali ke ruang informasi disana hanya untuk sekedar peraturan keamanan.
Setelah memasuki pesantren yang luas, baru kita bisa menemukan masjid yang sama luasnya dengan pesantren dengar-dengar luas keseluruhan empat hektar wow? Ornamen yang sangat memanjakan mata saat memasuki keduanya, indah sekali.
Terdapat sekitar 9 lantai, yang didalamnya sangat membuat hati menjadi adem. Puas saya melihat dari lantai satu sampai atas, saya turun lagi dan melihat toko-toko berjejeran yang dibuat sendiri oleh para santrinya. dari makanan, souvenir, dll.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H