Mohon tunggu...
Triastomo -
Triastomo - Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Solusi paling ringan dan murah bagi rakyat dalam menghadapi hiruk-pikuk dan ketersesatan politik negeri ini adalah: Boikot pemilu! (hargai diri sendiri dengan tidak memberikan suara kepada siapa pun!)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

'Black Campaign', Sampah yang Ditimpuk ke Kepala Kita

24 Mei 2014   07:52 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:10 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

hanya sebatas coretan kekesalan

---------------------------------------------

Jangan terpengaruh oleh 'black campaign' dari kedua belah pihak. Kampanye model begituan hanya untuk dikonsumsi sesaat dan bukan untuk ditelan. Boleh dikunyah tapi segera muntahkan. Jangan terpengaruh kampanye 'pembodohan' semacam itu. Bila kita meng'iya'kannya, seketika itu pula turun derajat kita sebagai manusia yang dibekali akal sehat oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

Masalah pembangunan ekonomi, kesejahteraan, dan sebagainya, kebijakannya bisa diadopsi dari ide-ide yang mengalir dari kedua belah pihak, oleh siapapun yang terpilih nantinya bersama kolektivitas bangsa. Pun di dalamnya, masalah perekonomian bukanlah sesuatu yang hanya timbul dari dalam saja. Faktor luar (luar negeri) juga dapat berakibat buruk bagi perekonomian bangsa. Jadi menurutku, solusi-solusi dalam mengatasi masalah perekonomian, keuangan, pengentasan kemiskinan, pendidikan, dan masalah sosial bangsa lainnya adalah sesuai dinamika yang ada (seiring waktu) dan masing-masing (kedua belah pihak calon) mempunyai kapasitas yang tidak jauh berbeda.

Masing-masing calon memiliki cacat yang signifikan, tapi untuk mengelola suatu negara besar seperti republik ini, agaknya, kita harus berani melupakan kesalahan dan kelemahannya demi kepentingan yang lebih besar.

Setelah era SBY yang berorientasi pada melulu bahasa citra 'perdamaian' tapi gagal mengelola dan bahkan mengabaikan gelora nasionalisme rakyatnya dalam melawan bangsa asing yang terang-terangan merendahkan 'nasionalisme kebangsaan' kita, maka menurutku, sekarang, kita harus mengambil prioritas untuk memilih pemimpin yang bisa MENYEMBUHKAN bangsa ini dari RASA RENDAH dari bangsa lain, yang bahkan TIDAK PERCAYA DIRI melawan bangsa 'hanya' setingkat malaysia! (sengaja huruf depan negara tersebut tidak memakai huruf kapital)

Jangan tergoda dan percaya begitu saja dengan kampanye hasil desain tim pemenangan oleh kedua belah pihak di media apa pun. Kita sudah lama tahu, siapa kedua belah pihak itu. Berpikirlah secara multidimensi kebangsaan, bukan atas dasar kedekatan (sentimen) kultural, kewilayahan, keyakinan, serta kesukuan. Cocok di suatu wilayah, belum tentu cocok di tempat lain. Cocok bagi suku satu, belum tentu cocok bagi suku lain.

Terutama untuk kawan-kawan yang berada di pulau Jawa (suatu tempat yang identik dengan lumbung suara dan selama ini benar-benar dioptimalkan/dipakai oleh para politisi 'busuk' untuk mencapai tujuannya), aku mengajak kawan-kawan untuk menggunakan hak politik masing-masing dengan mengedepankan kepentingan absolut/seluruh warga bangsa, termasuk berempati pada kepentingan-kepentingan warganegara yang berada di luar pulau Jawa.

Arus borong-borong dukungan hanya akan membingungkan kita. Masing-masing punya kepentingan pribadi dan kita belum tentu tahu apa penyebabnya (kekecewaan, ambisi kedudukan, dan atau lainnya). Lebih baik kita kembali kepada hati nurani kita sendiri. Pikirkanlah kebutuhan apa yang paling urgen bagi bangsa ini dan olahlah dengan nalar kita sendiri (maaf) siapa yang kita anggap mampu untuk mengatasi masalah bangsa lima tahun ke depan. Tabik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun