Mohon tunggu...
tri asmoko aripan
tri asmoko aripan Mohon Tunggu... -

sederhana, bahagia

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Antara Jawa dan Revolusi

21 April 2016   10:50 Diperbarui: 21 April 2016   11:00 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tak kenal dan tidak tahu bangsa jawa, bangsa dengan orang – orang yang terkenal ramah, lembut , lembah manah dan segala kehalusannya. Sampai – sampai banyak yang meyakini bahwa tidak ada keberanian di dalam jiwa orang – orang jawa, apalagi bicara perjuangan dan revolusi, tentu jauh panggang dari api.

Tapi disini penulis ingin mengungkap sedikit fakta tentang jawa dan revolusi. Pada masa penjajahan Belanda tentu kita mengetahui kisah – kisah juang para pejuang semisal Jenderal Sudirman dan Raden Mas Said.

Jenderal Sudirman, keluar dari kenyamanan Keraton Jogja beliau justru memilih mendekat bersama rakyat membela daulat bangsa Nusantara untuk terlepas dari penjajahan Belanda. Memimpin berbagai perlawanan bersama kaum jelata yang mayoritas tani tak bersenjata faktanya pria yang kabarnya dari purworejo ini memenangkan banyak pertempuran melawan penjajah Belanda. Gerilya, salah satu taktik jitu peperangan Jenderal Sudirman. Penguasaan medan tempur yang sempurna membuat pasukan belanda menyebut penyerangan maupun peperangan yang dipimpin Jenderal Sudirman adalah Peperangan Setan. Karena begitu terjadi serangan sesaat kemudian pasukan Jenderal lenyap di tengah gelapnya hutan, serang menghilang…serang menghilang, sebegitu cepat mereka menghilang membuat mereka terkenal sebagai pasukan setan di kalangan penjajah Belanda.

Raden Mas Said, terkenal dengan sebutan Pangeran Samber Nyowo karena keberaniannya menyambangi, mencegat bahkan melawan penjajah Belanda dengan berbagai strategi perang seolah – olah ia tak punya nyawa karena terkesan tak takut mati, sebaliknya ia menebar ancaman kepada lawan lantaran setiap pertemuan dengannya seolah – olah lawan harus siap mati bertemu dengan malaikat pencabut nyawa. Keluar dari Keraton Surakarta dan membangun Kerajaan di Wonogiri ia membuat gentar Belanda.

Jenderal Sudirman dan Raden Mas Said hanya 2 di antara sekian banyak pahlawan tercatat maupun yang tak tercatat dalam sejarah. Keduanya asli orang jawa dan semurni – murninya orang jawa dengan pemikiran Jawa. Berbeda dengan anggapan orang sekarang yang menganggap keramahan, kesantunan dan rendah hati orang jawa adalah kelemahan, fakta membuktikan itulah sesungguh – sungguhnya kekuatan.

 Selaras dengan kepercayaan orang jawa kuno yaitu Kapitayan atau kekosongan yang mempercayai Tuhan itu tak berbentuk, tak bisa disentuh dan seterusnya yang tak terduga oleh manusia. Istilah yang terkenal di Kapitayan itu “tan keno kinoyo ngopo” yang artinya kurang lebih tak bisa diduga tak bisa dikira – kira seperti apa.Nhah selaras dengan itu, istilah tersebut pun melekat pada orang jawa dari dahulu sampai sekarang, dikira orang lemah ternyata kuat, dikira bodoh ternyata cerdas, dikira tak berpengaruh ternyata pemimpin  bangsa ini pun rata – rata orang jawa. Ibarat kata dikira kambing ternyata sapi, dikira sapi ternyata anjing, dikira anjing ternyata macan, dikira macan ternyata garuda yang bisa terbang.

Tak heran maka jawa punya sejarah besar di Nusantara ini mulai dari peradaban pra – sejarah hingga saat ini, tak bisa dibantah jawa punya andil besar untuk maju atau tidaknya bangsa ini.

Tanpa mengurangi rasa hormat atas segala jasa seluruh elemen bangsa, sungguh penulis tidak ingin memperdebatkan ras, suku maupun agama. Di sini penulis hanya ingin membangkitkan semangat juang Bangsa Indonesia yang kini tergerus oleh hegemoni ekonomi asing maupun dunia liberal yang kini memonopoli kepentingan kekuasaan dunia.

Kekurangan dalam penulisan ini silahkan dilengkapi, tentu besar harapan penulis Bangsa ini tidak terkungkung dalam kebanggan yang bersifat fantasi, yang mengira besar padahal kecil, yang mengira kaya padahal miskin, yang mengira lemah padahal kita kuat, yang mengira kita tak mampu padahal sebenarnya Indonesia mampu dengan segenap kekuatan bangsa membangun generasi luar biasa guna mewujudkan mulia cita – cita bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun