Adapun pejabat yang menanam, antara lain: Gubernur DIY, Bupati Sleman, Ka Kwarda DIY, Kapus P3 Ekoregion Jawa, Ketua DPW LDII DIY, Ka Sakoda DIY, Dekan Fakultas Kehutanan UGM, pimpinan Bank Syariah Indonesia Area DIY, DLHK DIY, Kadis Dikpora DIY, Kepala Kemenag Sleman, Kadis LH Sleman, Dinas Perikanan, Pangan dan Pertanian, Panewu Turi, lurah Wonokerto dan dukuh Sangurejo.
Ketua LDII DIY, Atus Syahbudin menyampaikan bahwa LDII fokus mendorong pengembangan Dusun Sangurejo. Masyarakatnya agamis dan mayoritas tidak merokok, pekarangan sangat produktif dengan panenan salak dan buah lain, udaranya sejuk serta menjadi daerah konservasi air pegunungan.Â
Dari dusun yang padat, relatif miskin dan kumuh, kini telah menjadi desa wisata. Kemudian, pada Desember 2022 berhasil diresmikan menjadi Kampung Pramuka. Pada tahun 2023 ini terus berbenah dan mendeklarasikan diri menuju Kampung Proklim.
Atus yang kali ini juga mewakili Dekan Fakultas Kehutanan UGM menyampaikan dukungannya. "Dua tahun terakhir kami mulai terlibat membantu penanaman jenis-jenis pohon untuk edukasi.Â
Beberapa waktu lalu kita adakan pelatihan pengolahan kompos dan sampah. Agenda mendatang yaitu mewujudkan buah tangan ecoprint salak, memperbanyak biopori, rumah maggot, tebar benih ikan dan gemarikan bagi masyarakat," papar Atus.
Lebih lanjut, Atus Syahbudin menjelaskan, pengembangan kawasan Sangurejo, termasuk embung Kaliaji merangkul beberapa komunitas pramuka diantaranya Satuan Karya (Saka) Wanabakti, Saka Kalpataru dan Saka Pariwisata dengan penanaman, pengolahan sampah, dll. Diharapkan pula nantinya dapat dikembangkan sektor perikanan di sekitar embung dan kolam masyarakat oleh Saka Bahari.
"Kami menggerakkan ProKlim di Dusun Sangurejo ini melibatkan para ulama untuk lebih menekankan pentingnya menjaga lingkungan, dan gerakan pramuka lebih menggerakkan untuk generasi muda. Jadi memang sedikit berbeda untuk ProKlim yang biasanya berbasis kampung saja," ucap Atus.
Atus menunjukkan 3 potensi Dusun Sangurejo sebagai Kampung Proklim. "Sangurejo mempunyai embung dan daerah konservasi air. Lalu pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) dengan adanya 3 titik lampu tenaga surya, serta tanaman konservasi bantuan Fakultas Kehutanan UGM," pungkasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H