Mohon tunggu...
Severus Trianto
Severus Trianto Mohon Tunggu... Dosen - Mari membaca agar kita dapat menafsirkan dunia (W. Tukhul)

mengembalikan kata pada dunia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

The Dark Side of Uncle Sam: Bercermin dari Film Bowling for Columbine

17 Desember 2012   12:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:29 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kalau ada film yang dapat memberikan gambaran dan sekaligus peringatan tentang tragedi penembakan massal seperti yang menimpa 20 murid sekolah dasar Sandy Hook dan keenam gurunya beberapa waktu yang lalu, maka Bowling for Columbine adalah film yang layak disebut dan ditonton. Film dokumenter besutan sutradara Michael Moore ini telah mengabadikan duka, amarah tetapi sekaligus ketidakpedulian sebagian warga negeri berjuluk Uncle Sam ini atas penembakan massal di Columbine High School, Colorado, pada tanggal 20 April 1999, yang merenggut nyawa 12 siswa dan seorang guru. Pelaku pembantaian itu adalah dua orang siswa dari SMU yang sama, yaitu Eric Harris and Dylan Klebold

Bowling for Columbine berambisi membongkar the dark side masyarakat Amerika Serikat yang menjadi akar tragedi pembantaian di sekolah menengah atas tersebut. Mengapa dalam tubuh bangsa Amerika, yang dikenal sebagai bangsa pejuang demokrasi dan HAM, dapat terjadi 11 ribu kali pembunuhan dengan senjata api dalam jangka waktu setahun? Mengapa dua orang siswa SMU dapat membantai teman-temannya dengan granat serta senapan otomatis dan menyarangkan puluhan peluru ke wajah seorang bocah berusia 10 tahun? Apa yang salah dengan masyarakat Amerika?

Michael Moore tidak ingin berhenti pada jawaban dangkal yang tertambat pada ungkapan-ungkapan klise tanpa makna. Banyak orang menyalahkan video game, film-film action, kebebasan memiliki senjata api atau sejarah Amerika yang penuh dengan penaklukan dan kekerasan sebagai akar maraknya penembakan massal di kalangan pelajar dan orang muda.

Kalau video game dianggap biang keladinya,  Jepang sebagai produsen utama video game bertema kekerasan mestinya lebih sering mengalami penembakan massal daripada Amerika (nyatanya, di negeri Sakura itu hanya terjadi sekitar 35 kali pembunuhan dengan senjata api dalam setahun). Kalau film-film action dianggap sebagai penyebab kekerasan, toh di banyak negara lainnya film-film laga yang sama juga diputar dan dipertontonkan tanpa efek samping penembakan massal di kalangan anak mudanya. Kemudian, soal kepemilikan senjata api, di Kanada tercatat 7 juta senjata api yang disimpan di 10 juta rumah. Tetapi, kejahatan yang merenggut nyawa akibat letusan senjata api jauh lebih jarang terjadi (165 kali dalam setahun) daripada di Amerika. Dan terakhir, catatan sejarah Amerika yang penuh kekerasan bukanlah kasus unik di antara catatan sejarah negara lainnya: Jerman pernah membantai 12 juta orang dan Kerajaan Inggris yang sempat menguasai 1/3 belahan dunia sering membantai penduduk sipil demi mempertahankan kekuasaannya. Tetapi, walau demikian, di kedua negara tersebut, kasus pembunuhan dengan senjata api tidak sesering di Amerika (Jerman 381 kali, Inggris 68 kali).

Jadi, masalahnya bukan pada video game atau film laga atau kepemilikan senjata api atau sejarah kekerasan atau juga musik metal. Lalu, sisi kelam macam apa yang dimiliki masyarakat Amerika? Apakah memang bangsa Amerika "terlahir" sebagai bangsa berdarah dingin yang tidak hanya suka membantai penduduka negara lain (antara tahun 1963-1975 militer Amerika membantai lebih kurang 4 juta penduduk di kawasan Asia Tenggara; tahun 1973, dukungan Paman Sam atas diktaktor Augusto Pinochet berbuah 5000 nyawa rakyat Chili melayang; tahun 1982 Irak dibiayai jutaan dollar untuk memerangi penduduk Iran dan setahun berikutnya giliran Iran mendapat pasokan senjata untuk membantai lawannya, Irak, dst.) tetapi ditakdirkan untuk juga saling membantai di antara mereka sendiri?

Jawaban yang diajukan Michael Moore terekam dalam wawancaranya dengan penyanyi Marilyn Manson yang juga menjadi bagian dari film dokumentar tersebut. Dalam wawancara itu terungkap bagaimana masyarakat Amerika dikondisikan oleh para politisi dan media komunikasi untuk hidup dalam rasa takut. "Ketika menonton tv, orang dijejali berita buruk hingga jadi takut: ada bencana banjir, virus AIDS, pembunuhan di mana-mana...lalu tiba-tiba iklan datang, memotong berita dan menawarkan beragam produk untuk dikonsumsi. Dan inilah cara kerjanya: buat masyarakat takut, maka mereka akan jadi penurut dan membeli apa pun yang ditawarkan."

Dengan kata lain, masyarakat Amerika, sadar atau tidak sadar, menurut Michael Moore, dikondisikan untuk hidup dalam ketakutan. Kita ingat, pergantian millenium saat itu dihebohkan dengan bencana elektronik Y2K yang punya dampak kolosal karena banyak fasilitas umum mengandalkan komputerisasi akan berhenti berfungsi. Di Amerika sendiri juga beredar isu tentang bahaya lain yang mengancam seperti lebah pembunuh dari Afrika yang akan menyerang Florida, bahaya Jaws di perairan lepas, ledakan bom dari musuh negara dan padatnya komunitas kulit hitam yang dianggap sebagai biang kriminal dan kejahatan. Hal ini menjelaskan, mengapa tingkat kepanikan penduduk Amerika terus meroket padahal angka kejahatan terus menurun. Singkat kata, menurut Bowling for Columbine, masyarakat Amerika dikondisikan untuk mudah jadi paranoid ( Yunani: para= di luar; nous= akal) artinya mempercayai ancaman yang sebenarnya tidak ada. Didorong oleh ketakutan imajiner ini, angka pembelian dan kepemilikan senjata api begitu tinggi (200 juta senjata api beredar di antara 300 juta penduduk Amerika). Karena alasan yang sama, satu sama lain saling curiga dan orang merasa wajib membentengi rumah mereka dengan terali besi dan berlapis-lapis pintu (rumah jadi penjara, menurut tafsiran orang Kanada yang tidak pernah mengunci pintu rumah mereka).

Dua pelajar yang membantai sesama pelajar lainnya ditenggarai terjangkit paranoia: mereka takut menghadapi masa depan sendiri karena guru-guru mereka mengajarkan kalau mereka gagal memperoleh nilai bagus di sekolah maka hanya kehancuran yang mereka dapati di dalam kehidupa. Kedua pelajar ini merasa gagal di sekolah. Kalau sudah hancur, apa lagi yang dapat diperjuangkan? Mengapa tidak menghancurkan sumber ketakutan dan kegagalan mereka, yaitu sekolah berikut penghuninya dan ikut hancur bersama-sama? Cara pandang semacam inilah yang melatarbelakangi pembantaian di SMU Columbine hampir 13 tahun yang lalu....dan mungkin juga melatarbelakangi penembakan 20 anak-anak SD Sandy Hook, Newtown, 14 Desember kali lalu.

Ville Lumière, Senin 17 Desember 2012

NB. Pembaca dapat menyaksikan film Bowling for Columbine di link ini, yang disediakan sendiri oleh sutradaranya.

http://www.youtube.com/watch?v=9jGtAcDefHg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun