Pemimpin!
konteks dari kata pemimpin bukan hanya berarti sebagai orang yang memimpin suatu organisasi atau perusahaan tetapi ada arti lain dari kata pemimpin.menjadi seorang pemimpin atau leader,banyak yang harus di perhatikan seperti di kutip dari buku "menjadi pemimpin sejati" bahwa seorang pemimpin tidak semata mengatur jalanya sebuah organisasi atau perusahaan.Dari penjelasan buku tersebut ada beberapa kiat yang saya ambil agar menjadi seorang pemimpin sejati yaitu,
1. Menjadi seorang Pemimpin yang baik juga harus mampu bersikap fleksibel. Ia harus memiliki strategi untuk mewujudkan visi dan misi organisasi yang ia pimpin.Namun, ia juga harus tahu, bahwa strategi itu tidak mutlak, melainkan mampu berubah seturut dengan perubahan situasi yang terjadi. Visi dan idealisme tetap ada, namun penerapannya perlu untuk selalu membaca tanda-tanda jaman.
2. Menjadi pemimpin juga harus punya rasa humor terhadap organisasi agar tidak merasa tegang dan bawahan juga akan bekerja bukan karena tekanan melainkan bekerja dengan penuh rasa tanggung jawab
3. Menjadi pemimpin juga menjadi contoh dan guru untuk orang orang yang ia pimpin karena tidak jarang bawahan kita banyak yang melihat pemimpin dari perilakunya dalam berorganisasi baik saat berbicara atau sikapnya terhadap bawahanya. Jadi seorang pemimpin harus mencontohkan hal-hal yang baik kepada semua orang.
Untuk menjadi pemimpin yang baik, orang perlu untuk menjadi guru yang baik. Keduanya membutuhkan kualitas kepribadian yang sama. Keduanya membutuhkan cinta dan keseimbangan yang kreatif antara sikap fleksibel dan displin diri di dalam mendidik, mengajar, ataupun memimpin.tepai tidak kalah pentingnya menjadi pemimpin adalah rasa cinta sebagai komponen yang harus di lakukan untuk menjadi pemimpin sejati.
kepemimpinan adalah menginspirasi orang lain untuk melakukan hal-hal hebat, walaupun situasi yang ada amat tidak pasti, dan sumber daya terbatas. Untuk bisa memberikan inspirasi pada orang lain,seorang pimpinan harus bisa meraih kepercayaan dari orang orang yang ia pimpin.
Kemampuan berpikir kritis adalah sesuatu yang amat dibanggakan didalam filsafat maupun teori-teori tentang kepemimpinan. Namun sebagaimana dicatat Baldoni, sekolah-sekolah bisnis di dunia, dan juga di Indonesia, sekarang ini lebih giat mengajarkan kemampuan berpikir kuantitatif dengan menggunakan perhitungan matematis dan statistik.Dengan proses itu kemampuan berpikir kritis pun terhambat, atau bahkan hilang sama sekali.
Ada beberapa contoh kasus darurat kepemimpinan di negara kita tercinta Indonesia yang kaya namun pemimpinya tidak memiliki skill sebagai pemimpin yang sesuai dengan kriteria dalam buku "menjadi pemimpin sejati" karena sistem pemilihan kepemimpinan di negara kita masih ada unsur money ya,bagaimana tanggapan kalian gaes betul tidak?
dalam beberapa buku yang kami baca tentang Leader "DIGITAL LEADERSHIP" menjadi pemimpin di era digital harus bersikap objectif dan manusiawi,karena dalam beberapa kasus,seorang pemimpin menggunakan kepemimpinan tradisional yang akibatnya bersifat sepihak seorang pemimpin akan gagal dalam melakukan pencapaian visi dan misi,