Mohon tunggu...
Tria Khoirun Nisa
Tria Khoirun Nisa Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2015.

Selanjutnya

Tutup

Money

Putus Sekolah, Remaja Lima Belas Tahun Menjadi Penarik Andong

20 September 2015   13:07 Diperbarui: 20 September 2015   13:07 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Biaya hidup dikota besar selalu mengalami peningkatan. Sehingga masyarakat dari golongan menengah kebawah sering kali mengeluh karena kesulitan ekonomi yang dari tahun ketahun harga kebutuhan pokok semakin mahal. Bukan hanya bidang ekonomi yang terus meningkat, biaya pendidikan saat ini pun semakin mahal. Banyak anak dari kalangan masyarakat menengah kebawah tidak dapat melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sebagian dari mereka hanya bersekolah sampai jenjang SMA. Bahkan kebanyakan hanya lulusan SMP dan ada yang hanya lulus SD saja.

Karena kurangnya biaya ekonomi, seorang anak berumur lima belas tahun sudah bekerja menjadi penarik andong di jalan Malioboro. Meskipun dia masih dibawah umur namun dia sudah bekerja untuk menambah perekonomian keluarga. Sejak kecil anak yang bernama Riko ini sudah akrab dengan kuda karena sejak dulu ayah dan kakaknya sudah menggeluti pekerjaan sebagai tukang penarik andong. Ini merupakan awal kesenangan Riko dengan kuda dan tidak keberatan menjadi tukang andong karena dia dapat membantu memberi tambahan biaya sekolah untuk kedua adiknya. Meskipun dia hanya bersekolah hingga kelas 4 SD namun dia berkeinginan agar kedua adiknya yang sekarang baru kelas 1 SMP dan kelas 3 SD dapat melanjutkan sekolah hingga ke perguruan tinggi dan dapat bekerja dengan pendapatan yang dapat mencukupi kebutuhan keluarga.

Riko tinggal di jalan Parangtrisis, Sewon, Bantul, Yogyakarta. Orang tuanya hanya membuka usaha warung sederhana. Riko merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Meskipun kedua kakaknya sudah menikah namun mereka masih tinggal bersama orang tua Riko dan kedua adiknya. Sesungguhnya dia masih ingin melanjutkan sekolah namun ketidakmampuan orang tua dalam membiayai pendidikan dengan penghasilan yang pas-pasan, terpaksa Riko tidak dapat melanjutkan sekolahnya. Riko menarik andong setiap hari. Dia berangkat sebelum matahari terbit hingga sore hari. Sebelum pergi menarik andong dia menyempatkan waktu untuk memandikan kudanya sebentar. Dia menjadi penarik andong baru tiga bulan karena sebelumnya yang menarik andong adalah kakaknya. Kegiatan yang dilakukan sebelum dia menjadi penarik andong membantu ibunya berjualan diwarung dan juga mengurus kuda. Dia ingin mencari pekerjaan lain namun karena riwayat pendidikan yang hanya sampai kelas 4  SD dia hanya menguasai bidang pekerjaan tersebut yaitu andong. Dia mempelajari dan menjalankan andong sejak kelas 3 SD yang diajarkan oleh kakaknya dengan berkeliling kampung.

Suka duka yang dirasakan selama menarik andong yaitu ketika sepi penumpang karena sudah banyaknya penarik andong sehingga mereka harus saling bersaing untuk mendapatkan penumpang. Di sepanjang jalan Malioboro banyak terdapat penarik andong yang berjejer. Penumpang andong tidak hanya turis lokal namun banyak juga turis manca Negara.  Pendapatan yang dia dapatkan dalam satu minggu kurang lebih 200 ribu. Bila ada penumpang warga Negara asing tarif yang dikenakan lebih tinggi dibanding penumpang lokal dan cara tawar menawar tarif menggunakan alat bantu handphone atau alat tulis. Semangatnya dalam bekerja dan membantu orang tua patut dicontoh bagi para remaja. Namun sangat disayangkan di kota yang mempunyai juluki sebagai “kota pelajar” masih banyak ditemui anak-anak yang tidak menuntut pendidikan hingga jenjang SLTA. Untuk mengatasi masalah sosial yang terjadi di masyarakat Jogja sebaiknya pemerintah kota Jogja membuat wadah untuk menampung beberapa anak yang putus sekolah dengan memberikan pembelajaran dan juga keterampilan yang dapat digunakan sebagai bekal untuk mencari pekerjaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun