Mohon tunggu...
Trian Ilus
Trian Ilus Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Aku menulis maka aku ada "Mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Keadilan yang Miring

27 September 2015   09:13 Diperbarui: 27 September 2015   12:00 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Negeri ini kaya. Memiliki kesuburan tanah yang merata. Sawah-sawah yang indah, kebun-kebun yang membentang dengan gagah, semuanya ada di tanah kita tercinta. Ratusan macam tanaman menyebar sembarangan. Ya. Orang menyebut tanah kita tanah surga.

Begitu subur negeri ini. Burung-burung yang indah, kicauan merdu yang mereka miliki, semua berasal di negeri ini. Butiran emas dan perak yang tak terhingga banyaknya adalah hasil tambang di negeri ini. Air bersihnya mengalir di sela-sela sungai gunung yang indah nan murni.

Kita patut bersyukur bisa menginjak dan menikmati kehidupan di atas negeri ini. Negeri yang meciptakan konglomerat dan tidak ingin punya rakyat melarat. Sehingga banyak orang negeri seberang ingin merasakan hidup di tanah surga ini. Mereka ingin belajar disini, bahkan menjadi pembantu pun mau disini. Semata-mata hanya ingin menikmati surga dunia negeri ini. Tapi sayang, semua itu rangkaian kisah negeri kita dulu. Ya, 20 tahun yang lalu atau bahkan 30 tahun yang lalu, sampai-sampai 40 tahun yang lalu.

Kisah dulu memang indah, berbeda dengan kisah sekarang yang bikin kepala kening. Sungguh berbalik arah menuju hal yang parah. Kaum konglomerat pun menjadi melarat. Apalagi kaum melarat, yang entah bagaimana mereka bertahan hidup dengan tantangan berat. Hahaha. Alangkah lucunya negeri ini. Para pemimpin dengan enaknya berkocak mengocok perutnya sendiri tanpa menghiraukan rakyatnya kelaparan dan mati. Engkau-engkau memamerkan keberanian dalam kebodohan yang menggelikan dan mengharukan. Memilukan sekali karena kepengecutanmu dengan lagak memuakkan membuat para penuntut keadilan menjadi pusing.

Sudah pantas negeri ini diberi penghargaan besar dengan sebutan Negeri haha hihi karena kekocakkannya. Lagaknya yang sok tegas padahal ada amplop disana. Amplop yang mengatur dengan teratur hal-hal yang tak teratur. Hanya dengan amplop mereka bisa menguasai penguasa, mengendalikan orang biasa. Hahaha. Budaya amplop kok masih awet. Usir saja hakim yang main mata dengan maling. Siram tuh wakil rakyat yang baunya pesing.

Sungguh keadilan negeri ini miring. Tidak salah orang mengganti lirik lagu kesayangan kita Tanah Air Beta yang semula indah,

Indonesia Tanah Air Beta

Pusaka Abadi Nan Jaya

Indonesia Sejak Dulu Kala

Selalu dipuja-puja Bangsa

Disana Tempat Lahir Beta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun