Mohon tunggu...
Tria Nita
Tria Nita Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Peranan Penting Pendidikan Karakter bagi Siswa

18 Mei 2017   09:48 Diperbarui: 18 Mei 2017   10:10 7082
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pendidikan karakter perlu ditanamkan pada peserta didik sejak dini. Pendidikan karakter adalah segala upaya yang bisa dilakukan untuk mempengaruhi karakter anak didik.  Pendidikan karakter merupakan suatu usaha yang disengaja untuk membantu anak didik sehingga ia dapat memahami, memperhatikan dan menerapkan nilai-nilai etika atau budi pekerti dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi manusia yang lebih baik. Pendidikan karakter penting bagi setiap orang, yang di mana karakter tersebutlah yang mendominasi sifat atau identitas orang itu sendiri. Pendidikan karakter memiliki peranan yang sangat penting. Dengan pendidikan karakter kita mampu mengenali siapa diri kita yang sebenarnya kemudian dapat membentuk sifat yang baik, terutama dari segi etika dan moral. Etika seseorang yang tidak mendapatkan pendidikan karakter.

Dewasa ini pendidikan karakter mutlak diperlukan dalam dunia pendidikan dan harus diajarkan pada peserta didik sedini mungkin. Hal yang mendasari perlunya pendidikan karakter sejak dini adalah semakin maraknya kasus korupsi. Jumlah kasus korupsi di Indonesia terus meningkat. Kasus yang sudah diputus oleh Mahkamah Agung (MA) dari 2014-2015 sebanyak 80 kasus. Jumlah ini meningkat jauh disbanding tahun sbelumnya. Hasil penelitian Laboratorium Ilmu Ekonomi, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Gajah Mada, mengungkap 80 kasusu itu menjerat 967 terdakwa korupsi.

Sungguh memprihatinkan dan memalukan keadaan bangsa ini karena banyaknya kasus korupsi yang kian mewabah. Dan diperparah lagi, berdasarkan dari data lain menurut litbang Kompas 158 kepala daerah tersangkut korupsi sepanjang 2004-2011, 42 anggota DPR terseret kasus pada kurun waktu 2008-2011, 0 anggota DPR periode 1999-2004 terlibat kasus suap pemilihan DGS BI, Kasus korupsi terjadi diberbagai lembaga seperti KPU, KY, KPPU, Dirjen Pajak, BI dan BKPM. Tentunya kejahatan korupsi yang merugikan Negara tersebut, anehnya dilakukan oleh “oknum” yang berpendidikan tinggi.

Bila diamati lebih mendalam, Negara berkembang seperti Indonesia masih berusaha mengembangkan pendidikan karakter dan kepribadian dalam pendidikan dan kurikulum yang diterapkan pada lembaga pendidikan. Kurikulum yang diterapkan beberapa tahun belakangan ini, masih cenderung mengasah kemampuan peserta didiknya kearah kemampuan kognitif dibanding kearah pengembangan karakter. Tidak heran jika anak-anak Indonesia unggul diperlombaan olimpiade bahkan mampu menjuarai olimpiade ditingkat dunia. Tidak heran, yang didapati sekarang ini banyak pelaku korupsi dan kriminal kebanyakan mereka yang berkerah putih dan berdasi merupakan individu yang berintelektual tinggi.

Hal itu termasuk pertanda bahwa kondisi pendidikan di indonesia yang terjadi saat ini cenderung mengabaikan pengembangan karakter dan kepribadian yang unggul. Oleh karena itu, untuk mengembangkan pendidikan karakter tidak cukup dengan adanya penerapan kurikulum yang baru. Namun, kurikulum yang baru tentunya harus didukung dengan adanya sosialisasi secara menyeluruh. Dengan sosialisasi yang meneyeluruh, diharapkan pengembangan karakter dan kepribadian dapat bersinergi dan dapat berakselerasi secara signifikan. Sehingga, kedepannya bibit-bibit korupsi dapat dihilangkan.

Implementasi pendidikan karakter dalam Islam sejatinya sudah tercermin dalam pribadi Rasuullah SAW. Dalam pribadi Rasul bersemai nilai-nilai karakter yang mulia dan agung. Menurut ajaran dalam Agama Islam, konsep dasar pendidikan karakter identik dengan pendidikan akhlaq. Kata “akhlaq” merupakan bentuk jamak dari khuluq yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai budi pekerti, perangai,tingkah laku, atau tabiat. Pada dasarnya, pendidikan karakter dan pendidikan akhlaq memiliki suatu kesamaan yaitu menitikberatkan pada terbentuknya pribadi manusia yang lebih baik.

Tidak hanya agama Islam saja yang menginginkan umatnya menjadi manusia dengan pribadi yang baik, semua agama tentunya mengharapkan hal demikian. Melalui jenjang pendidikan pemerintah dengan kurikulumnya berusaha semaksimal mungkin membentuk pribadi peserta didik menjadi lebih baik. Namun, karakter dari setiap individu pastilah berbeda-beda. Baik buruk karakter seseorang tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor lingkungan. Pengaruh serta rekayasa lingkungan yang mencakup lingkungan fisik, budaya di sekolah, manajemen di sekolah, guru dan lingkungan sekitarnya mengambil peran yang dominan dalam membentuk karakter seseorang.

Karakter yang terbentuk dari pengaruh lingkungan dapat dirubah. Langkah yang dapat dilakukan di antaranya dengan memberikan keteladanan yang baik. Pendidikan karakter serta perkembangannya membutuhkan keteladanan yang ditularkan, mengintervensi dalam proses pembelajaran dan pelatihan. Tidak hanya dengan keteladanan saja. Namun harus diimbangi dengan pembiasaan yang baik yang dilakukan terus-menerus dalam waktu yang panjang serta dilakukan secara konsisiten.

Jadi perlu dipahami, bahwasanya pendidikan karakter dalam dunia pendidikan mengambil peranan yang penting yaitu sebagai penyeimbang dari kecakapan kognitif dari peserta didik. Contoh nyata dari tidak seimbangnya pendidikan kognitif dengan pendidikan karakter adalah seringnya kita jumpai, ada pejabat atau oknum pemerintah yang melakukan korupsi. Oleh karena itu, perlu ditanamkan pendidikan karakter pada peserta didik yang kelak menjadi generasi penerus bangsa yang memiliki karakter baik, berdedikasi tinggi, jujur dan amanah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun