Mohon tunggu...
Healthy

Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Nyeri Sendi Pada Lansia

21 Maret 2017   23:47 Diperbarui: 21 Maret 2017   23:51 5631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Nyeri merupakan keadaan subjektif dimana seseorang memperlihatkan rasa tidak nyaman baik verbal maupun non verbal atau bahkan keduanya. Karena pengalaman nyeri seorang bersifat alami dan unik, lansia dapat merasa sendirian dan cemas. Mereka merasa takut kalau nyeri tersebut tidak akan pernah pergi, jika hal itu terjadi nyeri akan kembali lagi. 

Ansietas mereka mungkin dikombinasikan dengan depresi karenanya akan menggangu kendali nyeri lebih lanjut (Stanley & Beare, 2007). Jika kondisi ini berkelanjutan tentu mengganggu kemampuan seseorang untuk beristirahat, konsentrasi dan kegitan-kegiatan lain yang biasa dilakukan. Nyeri sendi yang paling umum dialami lansia yaitu nyeri kronik (Felson, 2008). Lansia yang mengalami nyeri kronik seringkali mengalami periode remisi (gejala hilang sebagian atau keseluruhan) dan eksaserbasi (keparahan meningkat). 

Sifat nyeri kronik yang tidak dapat diprediksi ini membuat klien frustasi dan seringkali mengarah pada depresi psikologi. Penyebabnya mungkin diketahui progresif atau persisten atau tidak diketahui bahkan sulit untuk ditemukan. Lansia tersebut cenderung mengalami ketidakmampuan akibat nyeri yang sedang dirasakan. Respon seseorang terhadap nyeri dipengaruhi oleh emosi, tingkat kesadaran, latar belakang budaya, pengalaman masa lalu tentang nyeri dan pengertian nyeri (Davey, 2005).

Nyeri mengganggu kemampuan seseorang untuk beristirahat, konsentrasi dan kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan. Pengukuran kedua menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan pada kedua kelompok setelah diberikan kompres hangat kelompok hal ini disebabkan karena pengaruh eksternal variabel. Variabel eksternal akan memengaruhi data yang diperoleh.43 Setelah intervensi diberikan selama 30 menit jika dilihat dari nilai mean kedua kelompok yaitu nilai mean pada kelompok intervensi jauh lebih rendah dibanding dengan kelompok kontrol yang artinya penurunan skala nyeri sendi lansia lebih tinggi pada kelompok intervensi dibanding dengan kelompok kontrol. 

Stimulasi kulit mengaktifkan transmisi serabut saraf sensori A-beta yang lebih besar dan lebih cepat. Proses ini menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C delta-A berdiameter kecil. Gerbang sinap menutup transmisi impuls nyeri. Kompres menggunakan air hangat akan meningkatkan aliran darah, dan meredakan nyeri dengan menyingkirkan produk-produk inflamasi, seperti bradikinin, histamin dan prostaglandin yang menimbulkan nyeri lokal. Panas akan merangsang serat saraf yang menutup gerbang sehingga transmisi nyeri ke medulla spinalis dan ke otak dihambat.35 Hal tersebut disebabkan karena setelah 30 menit pemberian kompres hangat pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke hipotalamus melalui sumsum tulang belakang. 

Ketika reseptor yang peka terhadap panas di hipotalamus dirangsang, sistem efektor mengeluarkan sinyal yang memulai berkeringat dan vasodilatasi perifer. Perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh pusat vasomotor pada medulla oblongata dari tungkai otak, di bawah pengaruh hipotalamik bagian anterior sehingga terjadi vasodilatasi. Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan aliran darah ke setiap jaringan khususnya yang mengalami radang dan nyeri bertambah sehingga mengalami penurunan skala nyeri pada jaringan yang meradang. Menurut penelitian yang dilakukan Wahida 2012 penurunan nyeri sendi pada lansia baik kelompok kontrol maupun intervensi disebabkan oleh koping individu dalam merepon stimulus.

Penggunaan mekanisme koping yang maksimal akan bberdampak baik terhadap tingkatan adaptasi individu dan meningkatkan tingkat rangsanga dimana individu dapat merspon secara positif. Pada saat individu berpersepsi positif akan terjadi kondisi relaksasi dan perubahan kimia, saraf atau endokrin pada tubuh sehingga akan lebih mudah menerima suggesti penyembuhan yang diberikan. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan signifikan setelah diberikan kompres hangat terhadap nyeri sendi lansia (60-74 tahun). Pada neuromuscular terapi panas meningkatkan ambang nyeri dan meningkatkan kecepatan konduksi saraf. Pada sendi dan jaringan ikat dapat meningkatkan ekstensibilitas tendon dan menurunkan kekauan sendi. Hasil penelitian tersebut membuktikan kompres hangat dapat mengurangi nyeri sendi dalam menurunkan skala nyeri sendi pada lansia. 

Kompres hangat pada penderita nyeri sendi berfungsi untuk mengatasi atau mengurangi nyeri yang menyebabkan dilatasi pembuluh darah sehingga panas dapat meredakan iskemia dengan menurunkan kontraksi otot dan melancarkan pembuluh darah sehingga dapat meredakan nyeri dengan mengurangi ketegangan serta meningkatkan aliran darah di daerah persendian dengan menurunkan viskositas cairan sinovial dan meningkatkan distensibilitas jaringan.13,30 Secara fisiologis respon tubuh terhadap panas yaitu menyebabkan pelebaran pembuluh darah, menurunkan kekentalan darah, menurunkan ketegangan otot, meningkatkan metabolisme jaringan dan meningkatkan permeabilitas kapiler (Kozier & Erb, 2009). 

Penelitian ini mendukung penelitian Fanada pada tahun 2012 dengan judul Pengaruh Kompres Hangat Dalam Menurunkan Skala Nyeri Pada Lansia Yang Mengalami Nyeri Rematik Di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang, yang menggunakan 20 responden dengan alat ukur FPRS. Hasi penelitian tersebut menunjukkan nilai p<0,05 yang artinya bahwa ada pebedaan yang signifikan, artinya bahwa kompres hangat yang dilakukan sesuai dengan aturan dapat menurunkan tingkat nyeri pada lansia yang mengalami rematik (Fanada,2012).

Kompres hangat merupakan salah satu pengobatan non farmakologi yang dapat membantu meredakan rasa nyeri, kaku dan spasme otot (Chandra, 2002). Efek fisiologis terapi panas terhadap hemodinamik mampu meningkatkan aliran darah, vasodilatasi meningkatkan penyerapan nutrisi, leukosit dan anti bodi dan meningkatkan pembuangan sisa metabolik dan sisa jaringan sehingga membantu resolusi kondisi inflamasi (Chandra, 2002). Penggunaan terapi panas permukaan pada tubuh dapat memperbaiki fleksibilitas tendon dan ligament, mengurangi spasme otot, meredakan nyeri, meningkatkan aliran darah dan meningkatkan metabolisme (Wachjudi, Dewi, Hamijaya, & Pramudiyo, 2006; Kozier & Erb’s, 2009). 

Mekanismenya dalam mengurangi nyeri tidak diketahui dengan pasti walaupun para peneliti yakin bahwa panas dapat menonaktifkan serabut saraf, melepaskan endorphin, opium yang sangat kuat yang dapat memblok transmisi nyeri (Kozier & Erb’s, 2009). Hasil Penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Soedibyo Chandra dengan judul Perbandingan Efek Terapi Panas Dengan Terapi Dingin Terhadap Pengurangan Nyeri pada Penderita Osteoarthtritis Lutut Di Instalasi Rehabilitasi Medik, RSUP DR. Kariadi, Semarang. Penelitian tersebut menggunakan alat Packheater 451 pada kelompok intervensi selama 20 menit, sekali sehari sebanyak 4 kali berturut-turut dan kelompok terapi dingin mendapat terapi dengan Criojet Air “C 50 E” pada daerah lutut selama 7 menit sekali sehari sebanyak 4 kali berturut-turut selama 4 hari dengan menggunakan alat ukur VAS. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun