Pertanyaan ini mengganggu pikiran saya. Terutama sejak polemik membangunkan sahur menggunakan toa masjid ramai diperbincangkan. Benarkah tradisi membangunkan sahur ada di semua daerah di Indonesia? Terutama di masyarakat yang mayoritas penduduknya muslim.
Saya akan bercerita di tujuh kota di mana saya pernah tinggal dan menghabiskan masa ramadan di sana.
1. Kota Pasuruan
Di kota ini, tradisi membangunkan sahur telah membudaya. Setidaknya di seluruh tempat di kampung teman-teman saya ada tradisi ini. Saya sendiri, menjadi pelaku yang bertugas membangunkan sahur dengan tabuhan-tabuhan dan teriakan-teriakan.
Zaman dulu semua dilakukan manualan dan tanpa tambahan pengeras suara elektronik. Kami biasanya standby sehabis tadarus malam dengan begadang atau tidur di masjid kampung. Sekitar jam setengah tiga atau jam tiga dini hari, kami memulai bertugas.
Sebenarnya tak ada komando dari sesepuh atau permintaan dari warga. Hanya saja tradisi ini berlangsung turun temurun secara otomatis. Saya melihatnya, memang asik dan keren saja menjadi anak kecil yang ikut berkeliling membangunkan sahur sambil secara demonstratif memukul tabuhan. Kami seperti mendapat legitimasi moral dan budaya untuk membuat 'onar' saat dini hari di mana keheningan biasa terjadi saat bukan bulan ramadan.
2. Kota Surabaya
Tak beda jauh, di kota ini juga ada tradisi membangunkan sahur dengan berkeliling gang-gang kecil dengan menggunakan tetabuhan. Pada masanya sering diselingi dengan menyalakan petasan cabai (mercon letek) yang sengaja disiapkan. Biasanya ini dibawa oleh anak yang paling badung dan juga sering mendapat protes dari warga.
Ledakan petasan, meskipun kecil, tetap tidak enak didengarkan secara tiba-tiba, apalagi dalam keadaan sedang terlelap.
3. Kabupaten Jombang
Di sini juga ada tradisi membangunkan sahur. Diawali dengan keliling kampung dengan membawa tetabuhan. Biasanya menggunakan bedug yang sengaja dibuat di awal menjelang ramadan. Bedugnya dari tong kosong dan bolong yang salah satu ujungnya ditutup dengan kertas bekas pembungkus semen. Yang bertugas pun anak-anak kecil dan remaja awal.
Setelah cukup berkeliling, mereka kemudian berkumpul di masjid dan melanjutkan kegiatan membangunkan sahur dengan menggunakan toa masjid.
4. Kota Tangerang Selatan
Jika di kawasan komplek mewah, anak-anak penghuninya tampak tak terlalu rutin melakukan kegiatan patroli membangunkan sahur. Di beberapa komplek ada meski dengan malu-malu. Di komplek yang lain kadang malah tidak ada.