Dalam kitab tulisan Al-Ghazali Kimia-i Sa'adat (termasuk salah satu kitab favorit saya tentang olah jiwa- pernah saya bahas dan dapat di baca di sini) rumus awal menggapai kebahagiaan adalah memahami posisi diri di tataran kehidupan dunia (jika dalam term filsafat Yunani adalah dalam tataran kosmis semesta). Kesadaran bahwa hanya pikiran dan jiwa lah yang benar-benar dapat kita kendalikan yang kemudian tercermin dalam respon laku kita atas apapun kondisi yang sedang menimpa diri ini.
Ada satu cerita menarik yang dengan jenaka menggambarkan inti ajaran Epictetus ini.
Pada suatu hari, Yayan dan Yoyon bersama-sama membeli makan di restoran nasi padang. Sialnya, karyawan restoran itu melayani Yayan dan Yoyon secara serampangan. Pesanan-pesanan khusus yang disampaikan Yayan dan Yoyon tidak digubris sama sekali malah tertukar dengan pesanan pelanggan lain. Kini seporsi nasi padang sudah terhidang di hadapan masing-masing. Wajah Yayan mengkerut sambil menggerutu kepada Yoyon, "Yon, ini kan bukan racikan sesuai pesanan kita, kok kamu selow aja?"
"Iya sih. Pelayan itu boleh tidak menyediakan apa yang kita harapkan, tapi dia tidak boleh merampas kebahagiaan dalam pikiranku." jawab Yoyon. Saya tebak, Yoyon sudah belajar dari Epictetus agar tak menderita terus. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H