Bagaimanapun, saya sebagai orangtua masih terikat dengan hadis nabi, "Jika seseorang dari kalian makan maka makanlah dengan tangan kanannya dan jika minum maka minumlah dengan tangan kanannya, karena setan makan dan minum dengan tangan kirinya." (HR. Muslim)
Hanya perkara inilah yang akan saya tekankan untuk menggunakan tangan kanan. Sebab, perkara ini pula yang paling susah ditoleransi oleh masyarakat sekitarnya: makan dengan tangan kiri. Ini juga sebagai bentuk preventif perundungan 'level berat' yang bisa saja diterima anak saya.
Namun jika sampai mentok saya kesulitan membiasakannya, dan anak saya juga tampak tersiksa sekali saat belajar, maka saya akan bersandar pada pendapat Imam An-Nawawi yang mengecualikan dalam kondisi-kondisi tertentu, seseorang bisa menggunakan tangan kiri untuk makan dan minum. Dalam kitab Al-Minhaj fi Syarhi Shahihi Muslim Al-Hajjaj disebutkan bahwa, "Jika ada uzur yang menyebabkan tidak bisa makan dan minum dengan tangan kanan karena sakit, luka, atau yang lainnya, maka hukumnya tidak makruh."
Baca juga: "Metode Menggapai Kebahagiaan": Ramuan Kimia Al-Ghazali bagi Pejalan Spiritual
Sekedar informasi, saya memiliki dua anak putri. Yang besar sudah terdeteksi bahwa dia bukan anak kidal. Nah, yang kedua masih belum jelas apakah dia kidal atau non-kidal. Jika diamati dari beberapa tanda aktivitasnya, dia sering lebih menggunakan tangan kirinya daripada tangan kanannya, jadi masih berpeluang bahwa dia akan menjadi kidal. Maka saya perlu bersiap-siap jika hal itu terjadi. Wallahua'lam..
Anda punya pengalaman tersendiri? Atau ada masukan menarik terkait hal ini?
NB: Ditulis dalam rangka kampanye Hari Kidal Sedunia yang jatuh pada 13 Agustus setiap tahunnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H