Saya orang baru di sini, belajar banyak dari senior yang sudah lama jadi Kompasianer melalui tulisan-tulisannya. Tujuan pertama saya datang ke sini hanya menulis, menulis dan menulis. Ternyata Kompasiana memberikan saya banyak hal.
Saya teringat, tulisan pertama di blog pribadi saya terbit di tahun 2007, namun pasang surut sejak saat itu. Saya angin-anginan untuk menulis dan nge-blog lagi.
Ketika usia saya sudah beranjak kepala tiga, saya seperti tersadarkan lagi bahwa hidup harus segera meninggalkan warisan. Dan 'tulisan yang bermanfaat' adalah salah satu warisan terbaik yang bisa saya tinggalkan.
Tulisan pertama yang saya layangkan di Kompasiana adalah tentang saya dan ibu saya. Saat itu juga langsung dipilih menjadi Artikel Pilihan. Sebuah pelecut semangat yang sangat dibutuhkan bagi saya sebagai debutan. Anda yang sudah senior, pasti masih ingat betapa excited kala label Artikel Pilihan pertama kali tertempel di tulisan kita.
Kini, sudah delapan tulisan saya layangkan di Kompasiana dalam delapan hari, sehari satu tulisan. Dan, Alhamdulillah enam di antaranya menjadi Artikel Pilihan. Belum ada Artikel Utama yang pernah saya dapatkan, ini sekaligus menjadi tantangan saya pribadi.
Saya menyadari, cerita-cerita perjalanan awal setiap orang sangat bermanfaat bagi saya, kala saya sedang berperan menjadi debutan. Maka seperti menjadi 'kewajiban moral' bagi saya membagikan ulang apa yang saya dapatkan dan lakukan kala usia masih seumur jagung di sini.
Saya takut akan kutukan pengetahuan: kita akan sulit sekali membayangkan kondisi saat kita tidak tahu, dikala kita sudah paham, sebagaimana disampaikan duo Profesor bersaudara Chip Heath -- Dan Heath dalam bukunya Made to Stick.
Tulisan ini jelas tidak relevan bagi penulis non-debutan di Kompasiana. Mereka sudah menemukan 'ritme'nya sendiri untuk terus menulis, maka pengalaman ini saya khususkan bagi sesama debutan untuk saling menyemangati sekaligus ikut memeriahkan Kompasiana yang kita cintai bersama.
Karena tujuan awal saya di sini adalah menulis, menulis, dan menulis, maka saya mencanangkan aktivitas #WritingMarathon versi saya sendiri.Â
Layaknya kompetisi lari marathon yang berjarak 42,195 km dalam sekali tempuh pelari, writing marathon versi saya adalah menulis selama 42 hari terus menerus tanpa putus, 1 tulisan setiap hari.