2) Lingkungan di sekitar yang tidak mendukung.
   Maksud dari pernyataan ini adalah tindakan yang akan dilakukan seseorang atau dalam memilih membalas kejahatan dengan kebaikan atau sebaliknya juga ditentukan oleh lingkungan di sekitar. Apabila orang-orang di lingkungan sekitar kita memiliki pola pikir yang negatif atau lingkungan yang kurang mendukung, maka tidak akan menutup kemungkinan kita akan terus menerus didesak oleh orang di lingkungan sekitar kita untuk membalas kejahatan seseorang dengan balik berbuat jahat.
3) Adanya rasa trauma pada diri sendiri.
   Biasanya, seseorang lebih memilih membalas kejahatan dengan kejahatan dikarenakan adanya rasa trauma pada diri sendiri. Hal ini memiliki maksud, dimana jika seseorang telah dijahati dan dikhianati oleh seseorang, maka ia lebih memilih untuk berbuat baik kepada orang yang telah menyakiti hatinya itu.Â
Namun, biasanya ketika seseorang tidak membalas perbuatan jahat orang tersebut dengan perbuatan yang jahat juga, maka orang tersebut akan dimanfaatkan atau dalam arti kebaikan seseorang itu akan dimanfaatkan atau disalahartikan. Sama seperti peribahasa "Air Susu Dibalas Air Tuba" atau kebaikan dibalas dengan kejahatan.Â
Sehingga, dengan adanya hal tersebut orang yang melakukan perbuatan jahat itu akan mengulang perbuatannya tersebut. Karena hal inipun, tentu seseorang akan merasa trauma dan memilih untuk membalas perbuatan jahat seseorang dengan kejahatan pula, karena merasa bahwa tindakan baiknya itu hanya dimanfaatkan saja.
   Meskipun banyak orang yang menilai bahwa memaafkan kesalahan orang yang telah menyakiti hati kita itu terbilang mudah. Namun, pada realitanya masih banyak orang yang masih susah untuk memaafkan kesalahan orang lain atau jika melakukan kesalahan masih sulit rasanya untuk mengucapkan kata maaf.Â
Banyak orang-orang yang lebih memilih untuk membalas perbuatan jahat seseorang itu dengan balik berbuat kejahatan. Ya, kata "MAAF". Terdiri dari satu kata empat huruf, namun pada kenyataanya kata maaf masih sangat sulit untuk dilakukan. Beda halnya dengan kata kasar atau kata-kata makian yang justru lebih muda untuk diucapkan dan diutarakan oleh seseorang.Â
Masih banyak orang yang beranggapan "Untuk apa saya memaafkan orang itu, toh orang itu sudah berbuat jahat kepada saya?" Â "Lebih baik saya membalas orang itu saja biar tau rasa dia." Ya, pola pikir dan anggapan yang seperti ini masih banyak diterapkan oleh sebagian banyak orang. Rasanya susah sekali untuk memaafkan kesalahan orang dan mengucapkan kata maaf apabila berbuat salah.
Padahal, sesungguhnya kata maaf itu tidak mengurangi harga diri seseorang lhoo. Kata maaf juga tidak berarti seseorang itu terkihat lemah dan tak berdaya.Â
Namun, seseorang yang berani memaafkan dan mengucapkan kata maaf adalah orang yang paling tulus, paling kuat, dan boleh dianggap sebagai pahlawan yang sejati. Karena, dengan seseorang memaafkan kesalahan orang lain, hal itu berarti orang tersebut sudah sangat berani untuk menerima resiko dan kenyataan yang ada dan kenyataan pahit sekalipun.Â