Mohon tunggu...
Triana Fioleta
Triana Fioleta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

akuakultur

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pengaruh Suhu, Salah Satu Parameter Fisika terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Ikan

21 Desember 2022   22:38 Diperbarui: 21 Desember 2022   22:39 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Akuakultur dengan Fisika. Menurut Anda, bagaimana hubungan diantara kedua hal tersebut? Kebanyakan orang mungkin sudah mengenali apa itu "Fisika" dan bagi sebagian orang mungkin masih bertanya-tanya tentang apa itu "Akuakultur". "Akuakultur" memang masih kurang awam di kalangan masyarakat luas.

Fisika sendiri secara umum dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang suatu materi atau zat yang meliputi sifat fisik, komposisi, perubahan, serta energi yang dihasilkannya. Sedangkan akuakultur atau yang biasa dikenal dengan sebutan budidaya perairan merupakan metode untuk melakukan pemeliharaan ataupun penangkaran berbagai jenis makhluk hidup atau organisme yang hidup di perairan, baik itu hewan air atau tumbuhan air.

Pada setiap proses kegiatan akuakultur, ilmu fisika selalu berhubungan erat serta sangat dibutuhkan. Salah satunya pada penyesuaian kualitas air yang menggunakan parameter fisika, seperti suhu, pH, dan oksigen. Parameter fisika tersebut berkaitan langsung terhadap pertumbuhan dan keberlangsungan hidup dari hewan budidaya.

Sebagai salah satu contoh kasus, pada Balai Perbenihan dan Budidaya Air Tawar Muntilan terdapat penelitian tentang pengaruh perbedaan suhu terhadap kelulushidupan ikan gurami. Bangkit Aldin Pratama, Titik Susilowati, dan Tristina Yuniarti sebagai tim peneliti mendapatkan hasil penelitian bahwa perbedaan suhu berpengaruh sangat nyata terhadap kelulushidupan ikan gurami.

Pada penelitian tersebut, dilakukan eksperimen dengan 3 perlakuan atau penggunaan suhu berbeda. Pada perlakuan pertama dengan suhu sebesar 32C, kemudian perlakuan kedua dengan suhu sebesar 30C, serta perlakuan ketiga menggunakan suhu sebesar 28C. Kelulushidupan tertinggi dihasilkan pada pengaruh suhu 30C, selanjutnya pada pengaruh suhu sebesar 28C, serta tingkat kelulushidupan terendah dihasilkan pada pengaruh suhu 32C. Perbedaan suhu ini merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi kelulushidupan ikan gurami.

Semakin tinggi suhu yang digunakan pada kegiatan akuakultur maka dapat menyebabkan kelulushidupan yang semakin menurun atau rendah. Menurut Hardaningsih et al. (2008), kelulushidupan larva gurami yang rendah disebabkan waktu penetasan embrio yang terlalu cepat, sehingga menghasilkan larva premature dan kemampuan bertahan hidupnya akan rendah.

Seperti itulah salah satu contoh yang membuktikan bahwa ilmu fisika berkaitan dan tetap selalu dibutuhkan pada setiap proses dalam kegiatan akuakultur atau budidaya perikanan.

(Sumber : Bangkit Aldin Pratama, Titik Susilowati, Tristiana Yuniarti/Jurnal Sains Akuakultur Tropis: 2(2018)1:59-65)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun