Usia remaja biasanya didefinisikan sebagai rentang umur dari 10 tahun hingga 19 tahun. Pada umum nya diusia tersebut sudah memiliki ketertarikan terhadap lawan jenis. Biasanya orang sebut dengan sebutan Cinta monyet, cinta monyet adalah pengalaman emosional yang umum dan penting dalam proses pendewasaan remaja, meskipun dapat memiliki dampak emosional yang signifikan jika berakhir dengan patah hati.
Apakah Percintaan pada usia remaja dapat mengganggu mental anak? Tentu, tidak hanya Anak remaja saja. Orang dewasa pun yang mengalami patah hati terhadap masalah percintaan akan selalu mengalami Gangguan kesehatan mental seperti:
- Gangguan Emosional: Patah hati dapat menyebabkan anak remaja mengalami gejala emosional seperti sedih berkepanjangan, kekecewaan, marah, atau perasaan hancur. Mereka mungkin sulit mengontrol emosi mereka dan merasa terjebak dalam perasaan negatif tersebut.
- Penurunan Diri: Anak remaja yang mengalami patah hati mungkin mengalami penurunan rasa percaya diri dan harga diri. Mereka mungkin merasa bahwa mereka tidak menarik, tidak layak untuk dicintai, atau bahwa mereka gagal dalam hubungan asmara mereka.
- Gangguan Kesehatan Mental: Anak remaja yang mengalami patah hati rentan terhadap gangguan kesehatan mental, seperti depresi dan kecemasan. Mereka mungkin menghadapi perasaan yang intens dan terus-menerus, perasaan tidak berharga, dan merasa diri mereka tidak dicintai.
- Perubahan Perilaku: Patah hati juga dapat menyebabkan perubahan perilaku pada anak remaja. Mereka mungkin menarik diri dari teman-teman dan aktivitas sosial yang biasa mereka ikuti. Selain itu, mereka juga mungkin mulai berkembang kebiasaan yang tidak sehat, seperti merokok, minum alkohol, atau menggunakan obat-obatan terlarang.
- Toxic Relationship: Hubungan yang tidak sehat (toxic relationship) dapat menimbulkan emosi negatif yang merusak mental remaja. Gejala seperti cemburu berlebihan, kurangnya pendengaran, dan perilaku memanfaatkan dapat memicu stres dan depresi.
Lalu bagaimana cara menghindari dampak percintaan terhadap anak remaja?. Tidak dapat dipungkiri Cinta bisa datang kepada siapa saja dan kapan saja. Terlebih lagi kepada anak usia remaja biasanya cenderung mencari jati diri terhadap persoalan hidup.
Namun, jika masalah ini sudah terjadi ada beberapa hal yang bisa orang tua dan orang terdekat perbuat, seperti:
Orang tua harus membuka saluran komunikasi yang baik dengan anak mereka. Menciptakan lingkungan dimana anak merasa nyaman berbicara tentang hubungan mereka dapat membantu mencegah masalah yang lebih serius. Dorong mereka untuk berbicara tentang perasaan, harapan, dan kekhawatiran yang mereka alami.
Ajak anak remaja untuk terlibat dalam aktivitas yang mereka sukai dan yang membuat mereka merasa bahagia. Kegiatan positif seperti olahraga, seni, musik, atau kegiatan sukarela dapat membantu memperkuat rasa harga diri mereka dan mengalihkan perhatian dari perasaan negatif
Berikut beberapa tips untuk mencegah dampak negatif dari pacaran pada remaja:
- Hati-hati Berpacaran: Setelah melalui fase “ketertarikan” maka mulailah pada fase saling mengenal dan memahami satu sama lain.
- Menghindari Perilaku Buruk: Jangan terlalu mudah percaya pada orang lain, terutama jika mereka memiliki perilaku buruk.
- Mengutamakan Kesehatan Mental: Pastikan anak remaja tetap fokus pada kesehatan mentalnya dan tidak terlalu terpengaruh oleh perasaan cinta yang intens
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H