Mohon tunggu...
Rini
Rini Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Aku bukan siapa-siapa, Hanya wanita biasa, Biasa-biasa saja, Tanpa siapa-siapa, Yang penting ada, main aja disini ya http://www.rindol.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Saat siBodoh Bicara Tentang Soeharto

26 Oktober 2010   00:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:06 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Masa kecil hingga beranjak remaja hidup di era Orde Lama, tidak banyak yang saya ketahui tentang sepak terjang Bapak Pembangunan Indonesia, karena saya bukan keluarganya, atau politikus atau aparat atau pegawai negeri atau apalah..., saya hanya orang bodoh! rakyat jelata yang diera 80an merasakan hidup ini terasanya adem, ayem, tentrem, aman nyaman terkendali, gemah ripah loh jinawi. Dan sayapun lebih banyak mengenal beliau dari layar kaca berlemari meja tempo doeloe, dua warna hitam putih saja yang diatasnya selalu ada vas bunga dan foto keluarga. Saya begitu tidak peduli tentang tangan besi atau apalah sebutannya, tentang prediksi saat ini menjadi seperti ini akibat bom waktu yang disulut sejak kepemimpinannya, hingga kini saatnya bom tersebut meledak, begitu kurang lebih suara-suara diluar sana. Saya pun berpikir itu semua hanyalah ulah antek-antek yang ABS ( Asal Bapak Senang ), Atau keserakahan anak cucunya. Yang saya tau begitu banyak tempat dipelosok desa dikunjunginya dan selalu didampingi istri tercinta. Beliau terjun langsung ke lapangan hingga mencetuskan klompencapir ( Kelompok Pendengar Pembaca dan Pirsawan, dikhususkan bagi para petani ), LKMD ( Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa ), PKK ( Pembinaan Kesejahteraan Keluarga,  diperuntukan untuk para ibu-ibu ) dan banyak lagi lembaga-lembaga kemasyarakatan bahkan bincang-bincang dan tanya jawab mengenai tanaman hybrida dengan kualitas export. Lalu yang seperti apa pembodohan itu? SuperSemar? ok, nanti kita bahas disini. ( widih...gayanya sok tau getttooo....hehehehe ) Hingga ke kota-kota besar, ide-ide beliau membangun begitu banyak gedung dan monumen, ide yang cukup brilian demi kemajuan bangsa, dapat mensejajarkan dengan negara-negara maju di Asia Tenggara, saya rasa ini sangat tidak berlebihan / sudah sepantasnya apabila beliau menyandang Bapak Pembangunan atau menjadi Pahlawan bagi rakyat Indonesia. Tidakkah manusia itu tempatnya salah? Tidakkah kesempurnaan itu hanya milik Allah? pada diri manusia pastilah ada sisi baik dan ada sisi buruknya, tidakkah kita lupa tentang berburuk sangka, menggunjing, menghina, memfitnah, menertawakan, mencela dan mengolok-olok serta meneliti kesalahan orang lain adalah bagian dari akhlak tercela yang harus dijauhi oleh setiap muslim. Sebab akan menghancurkan keimanan yang telah tertanam di dalam hati dan hanya akan mengantarkan seseorang mendapatkan laknat Allah sehingga menjadi penghuni neraka. Apalagi yang kita hujat sudah meninggal dunia, Janganlah kamu menghujat orang yang sudah meninggal dunia begitulah yang sering saya dengar dari ulama-ulama, bahkan masih banyak lagi larangan-larangan bergunjing / menggunjing orang yang sudah meninggal dunia. ( Baca terjemahan di Al-Quran / Majmu' Syarif ) Apakah kita juga sudah lupa, bahwa tidak bisa dipungkiri pada tanggal 27 Januari 2008, saat kepergian beliau menghadap sang Khaliq, begitu banyak cinta... begitu banyak airmata...begitu banyak doa yang dipanjatkan masyarakat Indonesia mengantarkan jenazah beliau. Adili Soeharto!!!! begitu sebagian mereka berteriak, lalu adakah Maha Adil selain Allah SWT? bukankah Hakim yang paling Adil seadil-adilnya hanyalah Allah SWT? Banyak diantara kita mencari-cari naskah SuperSemar dan menanyakan keabsahannya bahkan dimana serta kapan dibuatnya, yaaahh...sekali lagi saya yang bodoh ini selalu saja mencoba mengambil hikmahnya dari peristiwa tersebut. Entah ada atau tidak ada, tidak menjadi resah buat saya karena saya sibodoh ini melihat bagaimana Islam di Indonesia kalau tidak ada Almarhum Bapak Soeharto. Bayangkan jika negara Indonesia menjadi negara komunis seperti Soviet Russia atau China. jika komunis = atheis. Atheis adalah golongan orang-orang yang tidak mengakui adanya Tuhan. Atheisme sering dikatakan sebagai paham yang tidak mempercayai Tuhan. Ada pendapat yang mengatakan komunis itu adalah salah satu pandangan berpolitik, jadi apa hubungannya pandangan berpolitik dengan urusan agama seseorang? ada dong, agama adalah aturan, pedoman, tata laksana hidup yang berisi larangan dan perintah-perintah dari Tuhan. Jika Indonesia menjadi negara komunis itu artinya Indonesia tidak akan pernah punya Islam, Protestan, Katholik, Hindu dan Budha. Dan mengapa Politik itu kejam! karena tidak berlandaskan keimanan, karena mereka lupa / melupakan aturan yang sudah ditulis dalam agama. Surat Perintah Sebalas Maret yang inti dari isinya adalah untuk sementara Memutuskan / Memerintahkan kepada Letnan Jendral Soeharto, mengambil segala tindakan yang dianggap perlu, untuk terjaminnya keamanan dan ketenangan serta kestabilan jalannya Pemerintahan dan jalannya Revolusi, serta menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Pimpinan Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimimpin Besar Revolusi/Mandataris M.P.R.S demi untuk keuntuhan bangsa dan negara Republik Indonesia. Nah, jika pada saat itu Partai Komunis Indonesia yang berkuasa di negeri ini? mau dibawa kemana Ibu Pertiwi yang kita cintai ini? kita dan anak cucu kita dipaksa untuk tidak beragama, bisa saja seperti itu kan? sementara sejak kepemimpinan alm. Bapak Soekarno saja dari teks Proklamasi, teks Pancasila dan susunan UUD'45 selalu menyebutkan tentang Ketuhanan Yang Maha Esa, jadi sudah jelas disini bahwa Indonesia adalah anugerah dari Allah SWT. Tinggal bagaimana kita menjaganya sesuai amanah. “Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain, sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? maka tentulah kamu merasa jijik dengannya” [Al Hujurat : 12]. Salam dari siBodoh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun