Alhamdulillah, masih diberi kesempatan untuk bertemu dengan hari raya Idul Adha, semoga makna berkurban kali ini dapat menempa arti sebuah keiklasan dan kesabaran yang sesungguhnya didalam diri saya atau bahkan mungkin anda? anda? dan semua...tanpa diembel-embeli riya tentunya. "Indahnya berbagi" Iklas dalam menjalankan perintah Allah menyembelih hewan kurban bagi yang mampu untuk berbagi pada saudara-saudara yang kurang mampu, sabar dalam menghadapi segala cobaan atau bisikan syetan yang terkutuk dalam menjalankan kewajiban bagi sikaya agar tidak terkesan riya. Rasa bahagia yang tak terkira melihat saudara-saudara kita berbagi pada sesama, kepedulian, kesadaran dan ukuwah Islamiyah yang sangat nyata tercermin dalam suasana perayaan hari raya Idul Adha. hingga tak terasa butiran bening merayap satu persatu basahi wajah, melihat begitu banyak wajah-wajah yang selama ini terlihat pasrah, siang tadi begitu cerah dan sumringah. Namun, butiran bening ini menjadi begitu deras dan membanjiri wajah bak air bah yang melimpah, melihat saudara-saudaraku dibawah terik matahari yang menyengat bahkan tidak jarang mengajak serta anak-anaknya dalam gendongan atau gandengan saling berdesakan, saling dorong dan main dulu-duluan takut kehabisan lalu tak kebagian. sungguh menyayat perasaan........apalagi melihat mereka yang sudah renta.... Lagi-lagi Kurban membawa Korban, air mataku terus saja berjatuhan melihat pemandangan yang sangat tak berperi kemanusian. Bukankah "Pengalaman adalah Guru yang paling baik", mengapa pengalaman tahun lalu tidak dijadikan guru sebagai solusi terbaik dalam menyalurkan daging kurban? Bukankah masjid dan mushola sudah ada panitia yang mengatur semuanya, lalu mengapa masih saja ada si"kaya" yang ingin berkurban dirumahnya lalu membiarkan si"papa" dibalik jeruji besi setinggi sekian meter sebagai batas istananya untuk saling berdesakkan sedemikian rupa, hingga terinjak, sesak dan tergeletak..... Demikian itukah arti Kurban bagi si"kaya", atau riya yang ingin mereka tampilkan. Mengapa tidak dibuatkan aturan seperti sistem kupon dan antrian yang lebih beraturan. Atau sudahlah seperti yang saya tulis diatas, iklas! sekali lagi iklaskan, serahkan hewan-hewan kurban tersebut pada Panitia Masjid saja. Insya Allah mereka amanah dalam menjalankan tugasnya, membagi dengan aturan-aturan yang jauh-jauh hari sebelumnya sudah dimusyawarahkan dalam rapat panita hari raya Idul Adha. Jarang sekali mendengar dan melihat Kurban di masjid menjadi Korban yang berjatuhan, justru korban selalu ada di istana-istana si"kaya" hanya karna mengharapkan daging kurban yang tak seberapa. Sementara sayapun tak dapat berbuat banyak, hanya bisa menyeka airmata.....dan bertanya dalam hati, ini Kurban apa Korban? Semoga saja tidak ada lagi pemandangan serupa...... Selamat Hari Raya Idul Adha, Mohon Maaf Lahir dan Bathin..... Banyak cinta dari jeng Ana, "Indahnya Berbagi" pada sesama
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H