Masa Depan Teras Malioboro: Antara Harapan dan Kenyataan bagi Pedagang
Yogyakarta, 22 Juni 2024 - Lebih dari dua tahun setelah relokasi secara besar-besaran Pedagang Kaki Lima (PKL) Malioboro ke Teras Malioboro 1 dan 2. Polemik sebagian masih menyelimuti masa depan beberapa pedagang yang terkena dampak. Di satu sisi, Pemerintahan Daerah (Pemda) DIY dan Pemerintahan Kota (Pemkot) Yogyakarta menjanjikan penataan dari Teras Malioboro ini sebagai solusi untuk menciptakan Malioboro yang lebih tertata dan nyaman bagi pengunjung. Di sisi yang lain, beberapa pedagang masih kesulitan beradaptasi dengan lokasi baru dan beberapa lagi pedagang sudah mulai terbiasa untuk mensyukuri apa yang sudah menjadi ketetapan.
Teras Malioboro ini, kini menjadi sebuah destinasi wisata dan belanja yang terletak di Jalan Malioboro, Yogyakarta. Telah menjadi daya tarik dan menjadi pusat perhatian masyarakat setelah bertransformasi menjadi tempat yang lebih modern dan nyaman melalui penataan yang di tetapkan pemerintah setempat. Dalam beberapa tahun terakhir ini, Teras Malioboro telah menjadi tujuan favorit bagi wisatawan domestik maupun mancanegara untuk sekedar melihat-lihat ataupun sekedar membeli pernak pernaik khas Malioboro ataupun makanan. Akan tetapi, bagaimana jika masa depan Teras Malioboro akan berubah dan bagaimana pedagang kaki lima (PKL) yang ada di sana akan beradaptasi dengan perubahan tersebut?
Realita yang Dihadapi Para Pedagang
Setelah PKL Malioboro ini mendapatkan penataan, Aris seorang pemilik Warung Soto dan selaku Ketua Paguyuban Koperasi Tridharma periode 2020-2023 yang menangungi beberapa PKL Malioboro menuturkan beberapa realita yang muncul dari beberapa pedagang Teras Malioboro, di antaranya seperti:
- Penurunan omzet
Beberapa memang mengakami penuruan omset, akan tetapi tidak seluruhnya, ujar Aris. Aris menuturkan jika omset yang didapat dari sebelum dan sesudah adanya kebijakan penataan ini tergantung bagaimana masing-masing menyikapi, karena untuk Aris sendiri relatif. Semua yang mencari rezeki yang bersentuhan dengan hukum banyak hasilnya. "Tapi untuk pedagang seperti saya dan kawan-kawan yang ikut peraturan ya pendapatannya begitu", ucapnya. Aris bersyukur dengan keadaan dan hasil yang di dapatkannya sekarang, karena yang penting cukup dan bersyukur.
Aris mengatakan jika dirinya tidak mengalami perubahan omset karena baginya sama saja. Tidak menjamin yang tadinya sebelum di pindah mendapat omset yang banyak dan semenjak di pindah menjadi berkurang itu tidak sepenuhnya benar. Karena menurut Aris, beberapa kawannya yang sebelum di Pindah sepi kini menjadi ramai pengunjung.
- Kurangnya akses pengunjung
Terletak di luar jalur utama wisatawan, Teras Malioboro 1 dan 2 tidak serame saat di pinggiran toko, karena pengunjung beberapa belum mengetahui. Akan tetapi untuk saat ini sudah bisa diakses melalui maps masing-masing jika ingin mengaksesnya dan sekarang sudah ada tulisan Teras Malioboro sehingga para pengunjung bisa melihat tempatnya. Harapan Aris melalui sosmed banyak orang yang menjadi tertarik dan berkunjung ke Teras Malioboro. "Secara pelayanan, kita harus selalu ramah walaupun beli atau tidak. Asal pengunjung bisa mengetahui Teras Malioboro dan balik lagi untuk berkunjung dan memberi tahu ke teman-temannya yang lain", ujar Aris.
- Fasilitas yang belum memadai
Beberapa fasilitas di Teras Malioboro, seperti eskalator dan toilet, masih belum berfungsi dengan baik. Kurangnya tempat duduk dan area istirahat bagi pengunjung juga menjadi keluhan utama. Akan tetapi bagi Aris sendiri sebagai perwakilan dari pedagang, Aris menjelaskan jika untuk bangunan, air, listrik itu sudah fasilitas dari pemerintah sehingga sama sekali tidak di pungut biaya.
- Ketidakjelasan regulasi