Mohon tunggu...
Bayu Triaji Yulianto
Bayu Triaji Yulianto Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Ilmu Komunikasi 1B FISIP UNTIRTA

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Korupsi di Banten Tak Ada Habisnya

8 Januari 2014   16:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:01 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh : Bayu Triaji Yulianto

Banten adalah salah satu provinsi yang masih muda di Indonesia. Pada tahun 2000 Banten melepaskan diri dari Jawa Barat. Alasan yang mendasarinya selain merasa sudah siap, masyarakat Banten merasa jauh dari pusat pemerintahannya, yaitu Bandung. Banten merasa letak yang strategis, dengan memiliki pelabuhan besar seperti pelabuhan Merak dan memiliki bandara berskala internasional, yaitu Bandara Soekarno Hatta. Kekayaan alamnya pun cukup menjadi modal yang besar untuk menjadikan Banten sebagai provinsi yang mandiri, seharusnya. Tiga belas tahun sudah Banten menjadi Provinsi yang “Merdeka” dari Jawa Barat. Lalu apakah cita-citanya sudah tercapai? Dilihat dari perjalanannya, ada ganjalan terbesar yang menghambat cita-cita dari pemekaran Banten, yaitu pihak-pihak penjarah tanah Banten yang terus menggrogoti tanah jawara ini. Dari orang-orang pemerintahan, pihak swasta, bahkan asing telah menari-nari di tanah pelarian rakyat Prabu Siliwangi yang kaya ini. Mereka berbondong-bondong mengeruk Banten untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan golongannya, tanpa memikirkan rakyat Banten.

Arti kata “Siap” yang awalnya bermakna baik, yang kini berbanding terbalik dengan cita-cita awal Banten saat melepaskan diri dari Jawa Barat semakin hari semakin memprihatinkan. Awal cita-cita provinsi Banten  saat melepaskan diri dari Jawa Barat guna mensejahterakan rakyatnya, saat ini jauh dari harapan. Masih banyak rakyat Banten yang belum merasakan dampak nyata dari pelepasan diri Banten ini. Sebuah penggambaran nyata saat kita melihat kondisi rakyat Banten yang jauh dari Ibukota. Terjadi ketimpangan sosial antara Banten Selatan dengan Banten Utara, saat kita melihat kota-kota di Banten Utara seperti Cilegon, Serang, dan Tangerang mendapatkan perhatian khusus guna memajukan dalam segi ekonomi, sosial, politik, maupun budaya. Masih banyak daerah-daerah yang ada di Banten Selatan belum tersentuh campur tangan pemerintah guna mensejahterakan rakyatnya.

Lalu kemanakah pemerintah selama ini?

Pemerintah hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain yakni masyarakat Banten itu sendiri yang masih mempunyai banyak masyarakat yang hidup tidak berkecukupan, menjadi pengangguran, dan masih banyak lagi masyarakat Banten yang terganggu dalam kesehatan. Pemerintah tidak peduli atas apa yang dirasakan masyarakat Banten selama ini, mereka hanya sibuk memperkaya diri atas jabatan yang mereka miliki. Mereka hanya enak-enakan ongkang-angking kaki tanpa melihat yang di bawah. Mereka menyalahgunakan jabatan yang telah mereka miliki. Harusnya memberi perhatian lebih kepada masyarakat Banten atas jabatan nya, mereka malah asyik sendiri. Persetan dengan Pemerintahan Banten selama ini. Entah itu hanya di Pemerintah Banten saja atau tidak, intinya kebanyakan Pemerintah yang berbuat seenaknya, memperkaya diri tanpa memikirkan masyarakatnya. Pemerintahan di Indonesia selama ini hanya mempersulit kehidupan rakyatnya, kebanyakan orang di Pemerintahan itu bajingan semua. Hanya menyusahkan masyarakat. Yang miskin makin miskin, yang sakit jadi meninggal, jalanan rusak makin rusak, dan sebagainya. Pemerintah itu tidak akan bertindak jika tidak di demo oleh masyarakat atau mahasiswa yang sudah muak atas Pemerintahan yang semakin hari semakin kurang ajar.

Korupsi di Banten itu tidak ada habisnya kenapa?

Sudah jelas korupsi di Banten tidak ada habisnya, di Banten selain memiliki para jawara yang tangguh Banten juga memiliki ‘Dinasti Atut’. Yang paling mengerikan yakni antara para jawara kebanyakan berada dan mendukung ‘Dinasti Atut’. Sungguh luar biasa orang-orang Atut itu. Sudah jelas kenapa para jawara juga mendukung dan berada di tangan Atut, karena Bapaknya Atut itu sebelum meninggal adalah jawara yang paling ditakuti oleh jawara lainnya. Bisa dibilang Bapaknya Atut itu Pentolan para jawara yang ada di Banten. Jadi semenjak meninggal, mungkin Bapaknya Atut sudah menitipkan si Atut kepada para jawara lainnya. Jadi ya terang saja ‘Dinasti Atut’ itu kuat, karena dilindungi para jawara yang sialan dan brengsek itu. Buktinya saja sudah jelas, disaat ‘Dinasti Atut’ mulai diambang oleh kehancuran, para jawara turun tangan pastinya. Disaat Atut diperiksa saja ribuan jawara datang ke Kantor KPK. Mereka tidak terima Atut dijadikan tersangka, ya terang saja tidak terima, mereka selama ini hidup karena Atut, ya jadi mereka mati-matian membela Atut. Coba mereka para jawara sialan itu menjadi masyarakat miskin dan sakit-sakitan lalu tidak di perdulikan oleh Atut, masihkah mereka membela Atut sampai mati? Luar biasa kalo mereka masih membela Atut sampai mati. Mereka membela Atut tanpa menerima imbalan. Itu hal yang patut di contoh bila memberi tanpa menerima.

Kenapa ‘Dinasti Atut’ sangat luar biasa?

Selama tiga belas tahun tidak mungkin Atut membangun ‘Dinasti Atut’ sendirian, Atut mempunyai pasukan yang banyak, dan pasukan itu sendiri adalah keluarga nya sendiri. Sungguh luar biasa Atut itu. Sekeluarga mempunyai jabatan yang bisa dibilang sudah keren itu, dan sodara-sodara serta orang-orang yang masih sodaraan dengan Atut pasti memiliki jabatan yang lebih dari cukup. Mereka semua diangkat Atut dengan mudah, dalam hal bisnis mereka juaranya. Tidak ada Dinasti yang mampu menyaingi ‘Dinasti Atut’.

Sepandai-pandai nya tupai melompat pasti jatuh juga. Begitu juga ‘Dinasti Atut’. Sehebat-hebatnya ‘Dinasti Atut’ pasti akan runtuh, diambang kehancuran, serta tumbang juga. Tidak ada yang tidak mungkin untuk menghentikan itu semua. Masih ada KPK yang siap menghancurkan Dinasti tersebut. KPK tidak akan menyerah, mereka tidak takut kepada jawara yang melindungi Atut. Mereka tidak akan membiarkan ‘Dinasti Atut’ semakin menjadi. Kebenaran itu harus di perjuangkan. Dan KPK benar-benar memperjuangkan kebenaran tersebut. Buktinya sekarang Atut menjadi tersangka. KPK itu luar biasa. Mereka mampu menjadi lembaga yang tegas. Yang salah harus di tindak, hingga mereka anggota KPK mampu menangani dan mengatasi itu semua. Dinasti Atut tidak selamanya akan bertahan, masih banyak orang-orang yang akan menghancurkan Dinasti yang tidak berperikemanusiaan, tidak memikirkan masyarakat miskin yang kesusahan, masyarakat miskin yang sakit-sakitan, menindas orang-orang yang tidak seharusnya di tindas, serta Dinasti yang dipenuhi Para Koruptor tentunya. Mereka akan hancur. Kalau perlu mereka harus di binasakan, agar tidak ada masyarakat yang tidak di perdulikan oleh Pemerintah yang tidak tahu diri itu. Agar masyarakat hidup sejahtera dan tidak ada yang kesusahan lagi. Tidak ada manusia yang ingin hidupnya sengsara, namun apabila manusia itu mensejahterakan dirinya dengan hal yang tidak sewajarnya, mereka harus ditindak dan dibinasakan kalau perlu. Indonesia harus melawan Para Koruptor, terutama Para Koruptor yang ada di Banten saat ini yang sedang naik daun karena korupsi nya yang luar biasa itu. Mereka harus dibinasakan, mereka tikus-tikus yang mencuri keju dengan keju yang sungguh enak keju tersebut. Keju yang sungguh nikmat diantara keju-keju lainnya. Tikus-tikus itu harus dimusnahkan, agar keju yang sangat enak itu tidak habis seluruhnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun