Pembangunan nasional dalam segala bidang yang telah dilaksanakan selama ini memang mengalami berbagai kemajuan. Namun, di tengah-tengah kemajuan tersebut terdapat dampak negatif, yaitu terjadinya pergeseran terhadap nilai-nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pergeseran sistem nilai ini sangat nampak dalam kehidupan masyarakat dewasa ini, seperti penghargaan terhadap nilai budaya dan bahasa, nilai solidaritas sosial, musyawarah mufakat, kekeluargaan, sopan santun, kejujuran, rasa malu dan rasa cinta tanah air dirasakan semakin memudar. Bisa jadi kesemua itu disebabkan belum optimalnya upaya pembentukan karakter bangsa, kurangnnya keteladanan para pemimpin, lemahnya budaya patuh pada hukum.Â
Untuk mencapai karakter bangsa yang diharapkan, diperlukan individu-individu yang memiliki karakter. Oleh karena itu, dalam upaya pembangunan karakter bangsa diperlukan upaya sungguh-sungguh untuk membangun karakter individu (warga negara). Secara psikologis karakter individu dimaknai sebagai hasil keterpaduan empat bagian, yakni olah hati, olah pikir, olah raga, olah rasa dan karsa.Â
Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan mengenai pergeseran sistem nilai dalam kehidupan adalah melalui pendidikan karakter. Nilai-nilai yang diharapkan dalam pendidikan karakter yakni: nilai keutamaan, nilai kerja, nilai cinta tanah air (patriotisme), nilai demokrasi, nilai kesatuan, menghidupi nilai moral, nilai-nilai kemanusiaan.
Secara bahasa, karakter dapat pula dipahami sebagai sifat dasar, kepribadian, perilaku/tingkah laku, dan kebiasaan yang berpola. Perspektif pendidikan karakter adalah peranan pendidikan dalam membangun karakter peserta didik. Pendidikan Karakter adalah upaya penyiapan kekayaan batin peserta didik yang berdimensi agama, sosial, budaya, yang mampu diwujudkan dalam bentuk budi pekerti, baik dalam perbuatan, perkataan, pikiran, sikap, perasaan, dan kepribadian.
Menurut Foerster ada empat ciri dasar dalam pendidikan karakter:
- Keteraturan interior di mana setiap tindakan diukur berdasar hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan.
- Koherensi yang member keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut risiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain.Â
- Otonomi. Di situ seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh.
- Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna mengingini apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih. "Orang-orang modern sering mencampur adukkan antara individualitas dan personalitas, antara aku alami dan aku rohani, antara independensi eksterior dan interior. "Â
Karakter inilah yang menentukan norma seorang pribadi dalam segala tindakannya.
Tujuan pendidikan adalah untuk pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial si subjek dengan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Bagi Foerster, karakter merupakan sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi. Karakter menjadi identitas yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah. Dari kematangan karakter inilah, kualitas seorang pribadi diukur.Â
Tujuan Pendidikan Karakter meliputi:
- Mendorong kebiasaan dan perilaku yang terpuji sejalan dengan nilai-nilai universal, tradisi budaya, kesepakatan sosial dan religiositas agama.
- Menanamkan jiwa kepemimpinan yang bertanggung jawab sebagai penerus bangsa.
- Memupuk kepekaan mental peserta didik terhadap situasi sekitarnya, sehingga tidak terjerumus ke dalam perilaku yang menyimpang, baik secara individu maupun sosial.
- Meningkatkan kemampuan menghindari sifat tercela yang dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Nilai-nilai yang diharapkan dimiliki peserta didik sebagai dasar pembentukan karakternya yakni: nilai keutamaan, nilai kerja, nilai cinta tanah air (patriotisme), nilai demokrasi, nilai kesatuan, menghidupi nilai moral, nilai-nilai kemanusiaan. Nilai-nilai di atas diambil sebagai garis besarnya saja, sifatnya terbuka, artinya masih bisa ditambahkan nilai-nilai lain yang relevan dengan situasi sekolah. Misalnya: taqwa kepada Tuhan, tanggung jawab, disiplin, mandiri, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli dan kerja sama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan persatuan, dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur, tanggung jawab, kewarganegaraan/citizenship, ketulusan, berani, tekun, integritas, jujur, tanggung jawab, disiplin, visioner, adil, peduli, kerjasama.
Proses Terbentuknya Pendidikan Karakter:
- Melalui pendidikan, pengalaman, cobaan hidup, pengorbanan dan pengaruh lingkungan, kemudian terinternalisasi nilai-nilai sehingga menjadi nilai intrinsik yang melandasi sikap dan perilaku.
- Sikap dan perilaku tersebut dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan.
- Kebiasaan tersebut dijaga dan dipelihara maka jadilah karakter.
Pendidikan karakter di sekolah memerlukan prinsip-prinsip dasar yang mudah dimengerti dan dipahami oleh siswa dan setiap individu yang bekerja di sekolah tersebut. Prinsip-prinsip tersebut antara lain:
- Karakter ditentukan oleh apa yang anda lakukan, bukan apa yang anda katakan atau anda yakini.
- Setiap keputusan yang anda ambil menentukan akan menjadi orang macam apa dirimu.
- Karakter yang baik mengandaikan bahwa hal yang baik itu dilakukan dengan cara-cara yang baik, bahkan seandainya pun anda harus membayarnya secara mahal, sebab mengandung resiko.Â
- Jangan pernah mengambil perilaku buruk yang dilakukan oleh orang lain sebagai patokan bagi setiap orang. Anda dapat memilih patokan yang lebih baik dari mereka.
- Apa yang kamu lakukan itu memiliki makna dan transformatif. Seorang individu bisa mengubah dunia.
- Bayaran bagi mereka yang memiliki karakter baik adalah bahwa anda menjadi pribadi yang lebih baik, dan ini akan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik untuk dihuni.