Ada baiknya kita belajar menahan kata-kata yang terucap, berusaha melontarkan hanya kata-kata yang baik saja. Terlebih, kini kita tak hanya hidup di dunia nyata, melainkan juga mau tak mau mesti mengikuti pesatnya perkembangan dunia digital yang dinamakan dunia maya.
Di dunia maya, kita harus lebih teliti dalam berkomentar dan memilah sejumlah informasi. Pasalnya, sikap kita akan menjadi boomerang yang kapan pun dapat kembali kepada kita. Kita harus memilih apakah ingin diam menghindari debat ataukah ingin ngotot hingga gondok tak berujung. Karena kerap, perdebatan yang muncul di dunia maya tidak akan mengubah apa-apa, tetapi hanya akan menciptakan kubu-kubu pro dan kontra.
Kadang mungkin kita berpikir, kok bisa ya hidup orang lain begitu mereka pedulikan? Mencecar ini itu seakan tak berperasaan. Ragam komentar yang muncul sering menggurui hingga mengecam.
Baik dalam kenyataan maupun dalam dunia maya, tanpa disadari kita suka kelepasan berbicara dan berkomentar. Bagi sebagian kita, berkomentar di media sosial mungkin adalah salah satu upaya lumrah demi menyadarkan seorang teman.
Namun ada kalanya, yang dibutuhkannya hanyalah didengar. Sementara kita, tahanlah diri untuk tidak berkomentar. Tak perlu memberi nasihat yang sekiranya tidak dibutuhkan, karena bisa-bisa malah membuat teman kita ini sakit hati.
Seperti yang diungkapkan Kurniawan Gunadi, seorang penulis buku yang memposting storian instagram dalam akun (@kurniawangunadi), bahwa
Nasihat terbaik adalah nasihat yang disampaikan secara diam-diam (personal) dan di waktu yang tepat. Namun sebaliknya saat tidak tepat mungkin yang terjadi adalah sebaliknya membuat seseorang menjadi berlarut-larut dalam masalahnya dan berujung menyalahkan diri sendiri.
Memberikan suatu nasihat yang berhasil kita lakukan belum tentu orang lain akan mendapatkan hasil yang sama, karena cara pandang dia dan kita berbeda.
"Kau tidak akan pernah bisa memahami seseorang hingga kau melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya, hingga kau menyusup ke balik kulitnya dan menjalani hidup dengan caranya."Â
Harper Lee .
Jadi selain menahan diri dalam berkomentar, tentunya perlu memahami keadaan seseorang hingga merasaakan saat menjadi dirinya. Cukup sediakan diri sebagai tempat berkeluh kesah hingga membuatnya lebih leluasa melepaskan beban masalah yang dimilikinya hingga membuatnya merasa lebih baik dan lebih berharga.