Biasanya orang-orang ribut masalah uang di akhir bulan. Rasa-rasanya aku hampir tiap hari ribut soal itu. Jujur saja, aku gerah hidup seperti ini.
Berkeliling dengan alibi mencari bensin, padahal hanya untuk healing. Tiba-tiba motorku tersendat-sendat.Â
Arrgh, sial. Apalagi pikirku. Kemarin sudah masuk bengkel, apa hari ini juga harus masuk lagi. Menangis kantongku.
Motorku bukan lagi si Vega keluaran 2008 yang sudah diturunkan berkali-kali. Pasti kalian ingat tentang si Vega itu.Â
Kalau tidak, Â bacalah, ada di cerita sebelumnya. Motor Beat karbu merah ini ku beli dengan sebagian besar uang beasiswa tahun lalu. Selebihnya, Mamakku melengkapi.
Ternyata si merah belum puas dimanja oleh mas-mas bengkel. Sial. Untung saja tak jauh dari lokasi bengkel kemarin.Â
Karena aku malu untuk mendorongnya, ku paksa saja digas pelan-pelan.Â
Dari jarak yang tak kurang dari 500 meter itu, hanya terucap harapan kerjasama dengan si merah agar tak mati. "Plis jangan mati dulu, dikit lagi sampe," kataku.
Sembari menunggu diperbaiki, aku tak duduk di tempat kemarin, tapi diseberangnya. Lebih nyaman ternyata posisinya.
Banyak kendaraan melintas, dan aku suka memerhatikannya. Pikiranku serasa terbawa oleh mereka.Â