Pendekatan antropologi sastra dapat membantu kita dalam memahami konflik sosial dalam karya sastra Indonesia dengan memfokuskan perhatian pada hubungan antara budaya, masyarakat, dan teks sastra. Contohnya dalam novel Dilan karya Pidi Baiq yang dimana dalam novel tersebut diceritakan bahwasannya ada Ketegangan antara kebebasan generasi muda yang lebih modern dengan pandangan konservatif keluarga dan masyarakat yang berpegang pada tradisi.
Jika kita mau menjadi penulis yang dapat mengangkat nilai budaya lokal serta memastikannya tidak melenceng dari realitas budaya yaitu dengan melakukan beberapa cara seperti. Mendalami dan memahami budaya lokal secara mendalam,menggunakan pendekatan etnografi,menggali nilai dan tradisi dalam cerita,serta memastikan representasi positif dan kritis.
Kolonialisme memiliki dampak besar terhadap struktur sosial dan identitas budaya bangsa yang terjajah. Dalam sastra Indonesia, karya-karya yang mengangkat tema kolonialisme sering kali memperlihatkan bagaimana pertemuan antara budaya lokal dan budaya kolonial (terutama Belanda) memengaruhi pandangan hidup, norma, serta identitas budaya masyarakat Indonesia. Seperti dalam novel Hujan Pagi karya Taufik Ismail,yang dimana dalam novel ini bercerira tentang pasca kolo-nialisme serta pencarian identitas.
Tantangan para kritikus dalam menganalisis novel dari sudut pandang antropologi yaitu. Bagaimana mereka mampu paham yang mendalam terhadap budaya lokal,mengethaui konteks antara sejarah dan sosial dan interaksi antara fiksi dan realitas budaya. Berikut juga merupakan tantangn yang dapat menimbulkan bias yaitu, bias kultural penulis dan pembaca,bias ideologis,bias dalam representasi budaya,dan pendekatan yang terlalu terfokus pada teks.
Antropologi sastra tidak hanya menilai karya sastra dari segi estetika, tetapi juga mencoba untuk menggali konteks sosial, budaya, dan historis di balik karya tersebut. Seperti dalam novel sang pemimpi karya Andre Hirata yang dimana memberikan wawasan tentang kekuaran impian dan pendidikan dalam budaya melayu belitung serta bagaimana budaya tradisional bisa berinteraksi dengan harapan dan cita-cita generasi muda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H