Mohon tunggu...
Tria Anggita Hafsari
Tria Anggita Hafsari Mohon Tunggu... Ilmuwan - Junior Researcher

Peneliti Bidang Ekologi Lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ancaman Permasalahan Sosio Kultural pada Proyek Food Estate di Merauke

31 Desember 2024   22:13 Diperbarui: 31 Desember 2024   22:13 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Food estate (lumbung pangan) merupakan suatu konsep untuk mengembangkan lahan pertanian dalam skala besar guna mendukung ketahanan pangan nasional. Merauke, yang terletak di Papua, menjadi salah satu lokasi utama proyek food estate yang direncanakan oleh pemerintah Indonesia. Meskipun tujuan dari proyek ini adalah untuk meningkatkan produksi pangan, menciptakan lapangan pekerjaan, dan mendukung perekonomian daerah, ada beberapa potensi permasalahan yang bisa muncul dalam implementasi proyek food estate di Merauke.

Permasalahan sosial dan kultural dalam proyek food estate di Merauke dapat menjadi isu yang kompleks dan membutuhkan perhatian khusus. Merauke, yang terletak di Papua, memiliki masyarakat adat yang kaya akan budaya, tradisi, dan kearifan lokal, yang bergantung pada cara hidup tradisional dan keberlanjutan lingkungan. Oleh karena itu, proyek besar seperti food estate, yang melibatkan konversi lahan dalam skala besar untuk pertanian, dapat memicu berbagai potensi masalah sosial dan kultural. Bentuk potensi permasalahan sosio-kultural yang mengemuka antara lain: 

1. Konflik Tanah dan Hak Ulayat Masyarakat Adat

  • Pengabaian Hak Tanah Masyarakat Adat: Masyarakat adat di Papua, termasuk di Merauke, seringkali memiliki hak ulayat atas tanah, yaitu hak tradisional untuk mengelola dan menguasai tanah yang diwariskan turun-temurun. Proyek food estate yang melibatkan perubahan besar pada penggunaan lahan (misalnya konversi hutan menjadi area pertanian skala besar) berisiko mengabaikan hak-hak ini.
  • Pergeseran Akses terhadap Sumber Daya Alam: Masyarakat adat di Papua umumnya menggantungkan hidup pada hutan dan alam, yang menyediakan sumber pangan, obat-obatan, dan bahan bangunan. Konversi lahan untuk food estate dapat mengurangi akses mereka terhadap sumber daya alam ini, yang pada gilirannya mengancam kelangsungan hidup dan kemandirian mereka.
  • Ketidakjelasan Status Hukum Tanah: Dalam banyak kasus, status hukum tanah adat di Papua belum sepenuhnya diakui atau dilindungi oleh negara. Ketika proyek food estate dijalankan tanpa melibatkan masyarakat adat atau tanpa menyelesaikan masalah status hukum tanah, hal ini bisa menimbulkan ketegangan, protes, atau bahkan konflik terbuka.

2. Pergeseran Pola Hidup dan Nilai Budaya

  • Perubahan Struktur Sosial: Masyarakat adat yang sebelumnya hidup dengan cara berburu, bertani secara subsisten, atau mengelola sumber daya alam secara tradisional, mungkin akan terpaksa beralih ke pola hidup yang lebih bergantung pada pekerjaan upahan di sektor pertanian. Hal ini bisa mengubah struktur sosial mereka, menghilangkan otonomi mereka dalam mengelola kehidupan sehari-hari, dan menciptakan ketergantungan ekonomi terhadap proyek-proyek besar atau perusahaan.
  • Kehilangan Kearifan Lokal: Adanya perubahan penggunaan lahan dan modernisasi pertanian dapat berdampak pada hilangnya kearifan lokal yang sudah ada sejak lama. Misalnya, pengetahuan tentang tanaman obat tradisional, teknik berburu, atau sistem pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan bisa tergantikan dengan praktik pertanian yang lebih mekanis dan industri.
  • Marginalisasi Budaya Lokal: Pembangunan besar-besaran, seringkali membawa standar budaya yang lebih dominan (misalnya, gaya hidup urban atau kapitalis), yang dapat menyebabkan marginalisasi terhadap budaya lokal dan tradisi masyarakat adat. Hal ini dapat memicu ketegangan sosial, terutama bagi generasi muda yang mulai merasa terasing dari tradisi mereka.

3. Keterlibatan Masyarakat dalam Pengambilan Keputusan

  • Kurangnya Partisipasi Masyarakat Lokal: Salah satu potensi masalah besar adalah kurangnya partisipasi masyarakat adat dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan terkait dengan proyek food estate. Tanpa melibatkan mereka secara aktif, proyek ini bisa dipandang sebagai suatu bentuk ketidakadilan sosial, di mana mereka hanya menjadi objek dari kebijakan pemerintah tanpa memperoleh keuntungan yang nyata.
  • Pemaksaan atau Manipulasi Persetujuan: Dalam beberapa kasus, masyarakat adat mungkin merasa terpaksa untuk menerima proyek food estate karena adanya tekanan dari pihak pemerintah atau perusahaan besar. Mereka mungkin tidak sepenuhnya memahami dampak jangka panjang dari proyek tersebut atau tidak diberi pilihan yang lebih baik. Hal ini bisa menimbulkan ketidakpuasan dan konflik sosial.
  • Kurangnya Sosialisasi dan Edukasi: Proses sosialisasi yang buruk tentang tujuan, manfaat, dan risiko proyek bisa membuat masyarakat lokal merasa cemas atau tidak siap. Tanpa pemahaman yang cukup, mereka mungkin menilai proyek ini sebagai ancaman terhadap cara hidup mereka.

4. Penyusutan Kehidupan Tradisional dan Kesejahteraan

  • Ancaman terhadap Mata Pencaharian Tradisional: Banyak masyarakat adat di Merauke menggantungkan hidup pada pertanian tradisional, perikanan, dan pengelolaan hutan secara berkelanjutan. Proyek food estate, yang cenderung menggunakan metode pertanian intensif dan skala besar, berisiko menggantikan atau merusak pola hidup tradisional ini, yang mengarah pada hilangnya mata pencaharian masyarakat adat dan ketergantungan terhadap pekerjaan bergaji rendah di sektor pertanian komersial.
  • Ketergantungan Ekonomi Baru: Masyarakat adat yang awalnya mandiri dalam mengelola sumber daya alam, bisa menjadi bergantung pada gaji atau penghasilan dari pekerjaan di sektor pertanian atau dari perusahaan yang mengelola food estate. Ini bisa menciptakan ketidakstabilan ekonomi dalam jangka panjang, terutama jika proyek tersebut gagal atau berhenti beroperasi.

5. Masalah Identitas dan Ketimpangan Sosial

  • Erupsi Ketimpangan Sosial: Salah satu dampak yang sering muncul dalam proyek pembangunan besar adalah terciptanya ketimpangan sosial. Sementara masyarakat adat mungkin menjadi pekerja dengan upah rendah, pihak pengelola atau perusahaan yang terlibat dalam food estate bisa memperoleh keuntungan besar. Ketimpangan ini dapat memperburuk kesenjangan sosial dan memicu ketidakpuasan di kalangan masyarakat lokal.
  • Pengaruh Eksternal terhadap Identitas Lokal: Pendatang dari luar atau tenaga kerja yang dibawa ke Merauke untuk proyek food estate bisa membawa budaya dan pola hidup yang sangat berbeda, yang bisa memengaruhi identitas sosial dan kultural masyarakat adat. Ini berpotensi menciptakan perpecahan antara masyarakat adat dengan kelompok pendatang dan memperburuk ketegangan sosial.

6. Risiko Konflik dengan Masyarakat Non-Adat

  • Persaingan Antar Komunitas: Di samping masyarakat adat, ada juga komunitas pendatang yang mungkin telah tinggal lebih lama di Merauke dan memiliki cara hidup yang berbeda. Konflik bisa timbul antara masyarakat adat dan non-adat (misalnya, transmigran atau pekerja dari luar daerah) terkait dengan penguasaan tanah atau akses terhadap pekerjaan dan sumber daya alam.
  • Eksklusi Masyarakat Lokal: Jika masyarakat adat tidak dilibatkan dalam pembangunan atau pemberdayaan yang terkait dengan proyek food estate, mereka bisa merasa tertinggal atau terpinggirkan, yang memperburuk ketegangan sosial antar kelompok.

Potensi masalah sosial dan kultural dalam proyek food estate di Merauke sangat terkait dengan cara proyek ini diterapkan dan bagaimana masyarakat adat serta komunitas lokal dilibatkan dalam setiap tahap perencanaan dan implementasi. Untuk menghindari konflik dan memastikan keberlanjutan proyek, sangat penting untuk mengedepankan pendekatan yang inklusif, yang menghormati hak-hak masyarakat adat, mempertahankan kearifan lokal, dan melibatkan mereka dalam proses pengambilan keputusan. Proyek ini harus dilakukan dengan memperhatikan keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian sosial dan budaya masyarakat setempat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun