KONEKSI ANTAR MATERI
Kesimpulan
Berdasarkan filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikenal adalah Ing Ngarsa Sung Tuladha Ing Madya Mangun Karsa Tut Wuri Handayani. Ing Ngarsa Sung Tuladha (di depan peserta didik menjadi contoh ketauladanan) dimana seorang guru adalah pendidik yang harus menjadi teladan, ia pantas digugu dan dititu dalam perkataan dan tingkah laku. Ing Madya Mangun Karsa (di tengah-tengah peserta didik membangun semangat dan kehendak kebaikan) dimana seorang guru adalah pendidik yang harus mampu membangun semangat peserta didik sehingga peserta didik tidak minder tetapi bisa mengkreasikan segala yang mereka punya sehingga bisa berfikir kritis, terampil dan kreatif. Tut Wuri Handayani (di belakang memberikan dorongan dan mendatangkan manfaat bagi peserta didik) dimana seorang guru adalah pendidik yang terus menerus menuntun, menopang dan menunjukkan arah yang benar bagi hidup dan karya anak-anak didiknya.
Pendidik diibaratkan sebagai petani sedangkan peserta didik diibaratkan sebagai bibitnya. Petani harus merawat, menyirami, memberi pupuk dan memberi gulma agar tumbuh subur. Namun petani tidak dapat mengubah bibit padi menjadi bibit mangga karena hal tersebut merupakan kodrat alam dan dasar yang harus diperhatikan dalam pendidikan. Hal tersebut dimaksudkan kepada anak-anak yang sudah memiliki bakat dan minatnya masing-masing. Kita sebagai pendidik tidak dapat memaksakan untuk menjadi apa yang kita inginkan. Tetapi yang bisa kita lakukan adalah menuntun peserta didik kita dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Sebagai pendidik tidak hanya menuntun tetapi memberikan contoh atau menjadi teladan bagi peserta didik kita. Kita sebagai pendidik tidak hanya menyuruh dan memerintahkan tetapi harus menjadi teladan dengan memberikan contoh kepada peserta didik kita agar peserta didik kita termotivasi untuk melakukan hal-hal positif seperti yang telah kita terapkan.
Selain itu, sebagai seorang pendidik hendaknya memiliki keterampilan dalam menerapkan pembelajaran dengan mengikuti kodrat zaman yakni perkembangan zaman abad 21. Dimana dalam pembelajaran sudah berbasis teknologi, sehingga pendidik harus mampu dan terampil dalam memanfaatkan teknologi dan mengikuti perkembangan kurikulum pada zaman sekarang yaitu kurikulum merdeka.
Dalam pembelajaran di kelas, hendaknya seorang pendidik pun harus melihat kodrat anak yaitu bermain. Dimana pendidik dalam pembelajaran harus mengaitkan permainan dengan pembelajaran sehingga peserta didik dapat dengan bahagia mengikuti pembelajaran tanpa harus menghilangkan kodratnya sebagai anak.
RefleksiÂ
Sebelum mempelajari pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara, saya berpikir bahwa anak adalah kertas kosong yang harus ditransfer dengan ilmu pengetahuan. Pembelajaran terpusat pada peran guru sebagai pendidik sangat dominan. Saya percaya bahwa tujuan Pendidikan itu bisa tercapai dengan siswa mampu memperoleh nilai kognitif yang tinggi dan memperoleh ijazah. Saya belum sepenuhnya menyadari tentang arti memanusiakan manusia itu seperti apa dan bagaimana. Saya juga beranggapan bahwa mendidik anak dengan tegas dan keras akan lebih mudah untuk mencapai tujuan pembelajaran dan dengan memberikan hukuman verbal ketika anak melakukan kesalahan maka anak akan timbul rasa takut sehingga anak akan mengikuti semua yang diperintahkan oleh guru.
Setelah saya mempelajari lebih lanjut tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara saya memperoleh pemahaman baru yang merubah cara pandang saya sebelumnya. Pemikiran yang berubah dari saya adalah bahwa saya harus menuntun peserta didik dengan lebih sabar dan ikhlas, karena mereka masing-masing unik dan berbeda. Saya menyadari kekeliruan bahwa selama ini memandang anak sebagai objek dalam pembelajaran di kelas, seharusnya merekalah subjek pembelajaran, merekalah pemegang kendali pembelajaran. Untuk mencapai tujuan Pendidikan bukan hanya dilihat dari angka atau nilai saja tetapi dari semua proses perubahan perilaku baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam mendidik bukan hanya sekedar mengajar saja, guru yang mengajar juga belum tentu sudah mendidik. Sejatinya mengajar itu adalah proses mentransfer ilmu dan mendidik adalah perubahan sikap. Dalam proses pembelajaran guru harus bisa memenuhui kebutuhan siswa, guru juga harus memahami kodrat anak yang masih senang bermain. Mendidik tidak harus dengan memberikan hukuman-hukuman kepada siswa, hal ini dikhawatirkan akan merusak mental anak sehingga anak akan sulit untuk dinasehati karena sudah terbiasa menerima hukuman.
Yang segera bisa saya terapkan adalah mengenal lebih dalam lagi karakteristik peserta didik kita yang beragam, menuntun peserta didik dalam mengembangkan potensinya dengan sabar tanpa memaksa sesuai dengan keinginan kita sebagai pendidik. Tidak memberikan hukuman kepada peserta didik yang memiliki tingkah laku diluar batas tetapi sebagai pendidik harus sabar menuntun peserta didik tersebut untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Memberikan pembelajaran yang menyenangkan dengan cara mengaitkan permainan dalam pembelajaran untuk tidak menghilangkan kodrat anak yang masih senang bermain. Memberikan pembelajaran sesuai zamannya dimana zaman sekarang berbasis teknologi. Memberikan contoh atau menjadi teladan bagi peserta didik kita tidak hanya menyuruh dan memerintah tetapi dengan dimulai dari kita seorang pendidik.