Mohon tunggu...
Tri Wardhani
Tri Wardhani Mohon Tunggu... dosen dan IRT -

mengajar di Fakultas Pertanian, Univ. Widyagama Malang dan ibu seorang putri yg mulai beranjak dewasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nyamannya Berbelanja di Pasar Tradisional Oro-Oro Dowo, Malang

4 Juli 2016   22:18 Diperbarui: 4 Juli 2016   22:29 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Bu, nanti masak ini ya”. Suamiku menyerahkan 3 ikat daun pakis kegemaran kami. Walau heran, saya tidak sempat bertanya karena dia bergegas berangkat lagi. Beberapa hari kemudian, dia membawa sayur lagi. Kali ini sayurnya anti maistream, yaitu pucuk daun labu. Saya tidak dapat menahan rasa heran dan bertanya, “Dapat dari mana sayurnya? Dimasak apa?” Seingat saya tadi pagi hari pamit mau bird watching, tapi pulang-pulang bawa sayuran. Dan, saya belum pernah memasak sayur pucuk daun labu.

“Beli di Pasar Oro-Oro Dowo. Dimasak yang gampang saja”. Rupanya lokasi bird watching-nya di Hutan Kota Malabar, berseberangan dengan pasar tersebut. Setelah itu dia menunjukkan kepada saya foto-foto pasar tradisional tersebut yang sekarang menjadi lebih bagus dibanding sebelumnya.

Penuh  rasa penasaran dan excited saya ajak anak dan keponakan belanja ke Pasar Oro-Oro Dowo, Malang. Kebetulan buah di rumah sudah habis. Dari rumah di daerah Landungsari, kami naik angkot jurusan LDG (Landungsari-Dinoyo-Gadang) dan berhenti di BSR (Jalan Brigjen Slamet Riyadi) yang paling dekat dengan Pasar Oro-Oro Dowo.

Memasuki areal pasar, setelah melewati papan nama pasar, saya melihat beberapa troli berjajar rapi. Troli yang merupakan CSR suatu perusahaan  ini disediakan untuk meringankan pembeli  membawa belanjaannya. Sungguh melebihi ekspektasi saya. Semula saya hanya membayangkan pasar yang bersih dan rapi, tetapi ternyata juga disediakan troli. Seperti belanja di mall saja.

Berada di pasar yang direvitalisasi sejak sekitar 6 bulan lalu ini mengingatkan saya akan Pasar Modern di Serpong, Tangerang Selatan. Pasarnya juga rapi dan bersih seperti pasar di luar negeri (hehe). Lantai pasar terbuat dari tegel dan tidak becek. Pasar juga tidak bau sehingga tidak membuat kita bersin-bersin.

Di pasar Oro-Oro Dowo dibagi menjadi beberapa zona dan zona tersebut ditulis besar-besar (seperti di mall juga) sehingga memudahkan pengunjung mencari bahan yang akan dibeli. Ada zona sayur-mayur, buah, pracangan, ikan segar, daging ayam-sapi-babi, makanan dan baju. Memang pasarnya tidak seluas Pasar Merjosari, apalagi Pasar Besar Malang, tetapi sayur dan buah yang dijual lumayan lengkap jenisnya. Kacang panjang, terong, daun kenikir, taoge, sawi, bayam, kemangi, timun dan masih banyak jenis sayur lainnya. Kebetulan saya menemukan ontong (jantung pisang/bahasa Jawa), dan tanpa pikir panjang langsung saya beli. Ini sayur kegemaran keluarga juga, dan tidak selalu ada di pasar. Buah juga termasuk lengkap. Ada berbagai pisang di kios yang terletak di sudut Pintu sebelah Barat pasar. Ada jeruk keprok, jeruk manis, pepaya, nanas, semangka, melon, apel dan buah lainnya.

Suasana di Pasar oro-Oro Dowo, Malang
Suasana di Pasar oro-Oro Dowo, Malang
Dari papan nama kios, terlihat bahwa jenis kuliner yang dijual juga beragam. Jajanan pasar, soto, rawon, nasi jagung, dan tak ketinggalan rujak cingur. Namun berhubung bulan puasa, sebagian besar kios kuliner tutup.

Saya menikmati belanja di pasar yang diresmikan oleh Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong pada April 2016 ini. Berjalan sambil mendorong troli dengan leluasa karena jarak antar barisan kios yang lebar, sekitar 2 meter. Andai ada 3 troli yang berjajar, jalannya masih cukup.

Tidak hanya pembeli yang merasakan nyaman, para pedagang juga merasa senang dengan kondisi pasar yang baru direvitalisasi ini. Atap bangunan yang lebih tinggi dari sebelumnya membuat suasana pasar tidak gerah. Hanya saja, saat saya tanya apakah pembeli pasar meningkat sejak pasar direvitalisasi. Mereka menjawab tidak. Pengunjung pasar Oro-Oro Dowo ya itu-itu orangnya. “Tambah satu bu pengunjungnya, yaitu saya,” kata saya, dan kami tertawa bersama-sama.

Mau belanja sambil seperti rekreasi? Ke pasar tradisional Oro-Oro Dowo saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun