Mohon tunggu...
Tri Rahayuningsih
Tri Rahayuningsih Mohon Tunggu... -

S1 PGSD Kebumen NIM K7109188

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Keberuntungan Akan Datang Saat Apa yang Disebut Sebagai Malapetaka

6 Agustus 2011   02:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:03 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sebagai orang biasa selalu kita mengalami cobaan dan cobaan dalam hidup ini. Begitu banyak masalah yang datang silih berganti dalam kehidupan. Namun itulah yang membuat kita dikatakan kuat dan semakin dewasa. Alloh selalu sayang kita, pernahkah kita berpikir dan merenung kebaikan-kebaikan apakah yang selalu hadir menyusul dari datangnya musibah tersebut. Namun, kebanyakan dari kita hanyalah mengeluh dan mengeluh lalu menangis seakan itulah ujian yang paling berat dalam kehidupan kita. Pernahkah kita tengok saudara-saudara kita yang memiliki masalah yang bahkan jauh lebih berat dari kita namun mereka tetap tersenyum, tidakkah kita merasa malu?

Ada suatu kisah yang menginspirasi saya untuk menulis tulisan ini, kisahnya seperti ini,

Ada sebuah kapal yang sedang berlayar. Di tengah perjalanan kapal tersebut ditempa badai, hingga salah seorang awak kapal terdampar pada suatu pulau yang tidak ada penghuninya. Ia hanya seorang diri di sana. Ia lalu berdoa pada Alloh dan memohon agar ada kapal yang berlayar lalu menolongnya. Hari demi hari, ternyata kapal itu tak juga muncul. Ia bersedih. Lalu dengan enggan ia membangun sebuah gubuk hanya sekedar untuk melindunginya dari sengatan matahari juga turunnya hujan. Perlahan lahan ia kemudian mulai menikmatinya apa yang dilakukannya itu, ia bahagia. Pada suatu saat, ia pergi untuk mengambil singkong hasil dari yang ia tanam beberapa bulan lalu yang terletak agak jauh dari rumahnya. Betapa terkejutnya ketika ia kembali dan mendapati rumahnya hangus terbakar. Rupanya ia lupa kalau tungkunya lupa tak dimatikan. Ia kembali bersedih bahkan lebih sedih dari saat pertama ia terdampar di situ, pikirnya. Asap tebal pun membumbung di angkasa. Saat ia bersujud menangisi nasibnya, tiba-tiba berdirilah seseorang di hadapannya. Kemudian ia bertanya, “Bagaimana kau tahu ada orang di sini?”, “Aku lihat asap mengepul di udara, jadi saya datang ke sini untuk menolongmu.”

Coba kita renungkan dari kisah tadi ada suatu pelajaran yang bisa dipetik. Saat kita ditimpa suatu musibah kita boleh saja menangis, bersedih, namun hal itu haruslah segera berakhir, lalu kita motivasi diri kita untuk bangkit dan menikmati dengan apa yang telah dikaruniakan Alloh kepada kita. Bersyukur dan keikhlasan itulah kuncinya. Bersyukur karena ia masih diberi nikmat hidup dan ikhlas menerima cobaan karena di balik cobaan pasti ada hikmahnya, tentunya hal itu juga dibarengi dengan ikhtiar. Alloh tidak selalu menjawab keinginan hamba-Nya dengan “YA” tapi Dia selalu mendengar do’a hamba-Nya, lalu menjawabnya dengan “YA”, “TIDAK”, atau “TUNGGU” yang kesemuanya itu pastilah yang terbaik untuk kita. Namun terkadang kita egois yang ingin selalu dimanja oleh Tuhan dengan minta apapun dituruti. Seperti kisah tadi Alloh menunda do’a orang tersebut saat pertama kali terdampar lalu mendidiknya agar mandiri, agar bersyukur lalu Dia berikan cobaan lagi untuk jawaban atas do’anya yang dulu. “Mungkin kita pernah mengalami hal serupa.”

“Alloh memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun