Terbujur kaku dengan rindu dan kesetiaan yang melekat pada raga...
Perih nya masih terasa sampai tubuh menghembus nafas memasuki alam khayal mimpi.. Kuat menahan penantian panjang meski kadang lisan berkata tak sesuai apa yang dirasa... Berat hati meninggalkan secercah impian yang terpendam dalam hati nan suci yang akan digali esok bila sampai waktunya tiba.. Namun apa yang diminta, apa yang dirasa, apa yang di khayal, tak sejalan dengan kenyataan yang ada... Cinta yang terikat kuat dalam benang2 sel urat halus, kini semakin kusut, semakin tipis,,, Namun sampai kini masih melekat kuat dalam titik titik darah yang yang mengalir... Boleh di kata, bak pungguk merindukan bulan,, Ya.. seperti itulah aku,,, Aku yang menginginkan dirimu untuk mencintai ku layaknya aku mencintaimu,,, Mungkin khayal ku terlalu meninggi,, Mengharap seorang panglima dunia dan akhirat kelak (Amin) Namun, aku,, aku tak bercermin pada air yang jernih, siapa aku, siapa dia?? Aku,, aku adalah diriku, mencintaimu se tulus hatiku,, Tak pernah cintai yang lain selain dirimu,, hanya itu yang aku bisa bangga kan di depanmu,,, Ya,, hanya sebatas itu,,, Merindu mu,,, adalah satu penyakit akut dalam diriku, tak pernah ada obat yang bisa mengobati, selain sapaan hangat darimu,, Mencintaimu,, anugerah terbesar untukku, seorang gadis yang selayaknya mencintai seorang pria yang telah menjadi takdir oleh yang Maha Kuasa. Namun,, matiku,, matiku adalah,, saat suatu saat nanti aku harus menerima kenyataan bahwa cintamu bukan padaku,,,,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H