Mohon tunggu...
Tri Haryatmo
Tri Haryatmo Mohon Tunggu... Tutor - Pengembang Teknologi Pembelajaran

Saya seorang PNS di UPT Kemdikbudristek, jabatan saya sebagai seorang pengembang teknologi pembelajaran

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tantangan Implementasi Kurikulum Merdeka untuk Mewujudkan Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa

3 Juli 2023   23:34 Diperbarui: 4 Juli 2023   06:53 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada kemungkinan bahwa resistensi ini disebabkan oleh ketakutan akan hal-hal yang tidak diketahui atau keyakinan bahwa sistem saat ini cukup baik. Untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih dinamis dan berpusat pada siswa, penting untuk mengatasi hambatan ini. Sumber daya dan infrastruktur yang tidak memadai merupakan salah satu hambatan tambahan untuk menerapkan kurikulum merdeka ini.

Untuk menerapkan kurikulum ini secara efektif, sekolah membutuhkan akses ke teknologi modern, bahan ajar yang diperbarui, dan fasilitas yang memadai. Sayangnya, banyak sekolah terutama yang berada di daerah terpencil atau komunitas berpenghasilan rendah, mungkin tidak memiliki sumber daya yang diperlukan untuk mendukung pendekatan pendidikan denga paradigma baru ini. 

Penting bagi pembuat kebijakan dalam hal ini Kemendikbudristek dan pemangku kepentingan sekolah untuk mengatasi masalah ini dengan mengalokasikan dana yang cukup dan memberikan dukungan untuk sekolah yang membutuhkan. Sekolah diharapkan memiliki akses ke teknologi canggih, materi pelajaran yang diperbarui sesuai perkembangan zaman dan konteks, dan ruang yang memadai untuk menerapkan kurikulum ini. Sayangnya, banyak sekolah, terutama di daerah terpencil atau berpenghasilan rendah, mungkin kekurangan sumber daya yang diperlukan untuk mendukung metode pendidikan paradigma baru ini.

Kendala lainnya dalam menerapkan kurikulum merdeka adalah kurangnya pelatihan guru. Untuk dapat mengajar dengan efektif menggunakan pendekatan baru ini, guru memerlukan pelatihan yang tepat dan pengembangan profesional yang berkelanjutan. Tanpa pelatihan, guru mungkin kesulitan memahami tujuan kurikulum dan bagaimana mengintegrasikannya ke dalam praktik pengajaran mereka. Walaupun saat ini sudah tersedia sebuah platform belajar bagi guru yang dikembangkan oleh Kemendikbudristek, yang bernama Platform Merdeka Mengajar (PMM) namun belum sepenuhnya para guru memahami materi di dalam PMM tersebut. 

Dalam memahami materi di dalam PMM ini, para guru membutuhkan fasilitator untuk tempat bertanya dan mengkonfirmasi pemahaman setelah mereka belajar. 

Pembuat kebijakan baik di tingkat pusat dan daerah bersinergi memberikan support alokasi anggaran khusus untuk peningkatan kompetensi pendidik terutama dalam penerapan pembelajaran dalam kurikulum merdeka melalui bimbingan atau fasilitasi belajar penerapan pembelajaran paradigma baru kurikulum merdeka melalui PMM. Pemangku kepentingan dapat memastikan bahwa semua sekolah mendapatkan anggaran yang mereka perlukan untuk kegiatan pendampingan penerapan kurikulum merdeka dengan memprioritaskan pelatihan guru dan menyediakan sumber daya yang memadai.

Kendala dari dalam adalah mindset pendidik yang stagnan (fixed mindset), pendidik harus mengubah cara mereka berpikir (growth mindset) jika mereka ingin menerapkan kurikulum baru dengan efektif. Pendidik harus menerima ide-ide baru dan tetap terbuka. 

Perubahan cara berpikir ini akan memungkinkan mereka untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan siswa yang berubah dan membuat lingkungan belajar yang dinamis. Pendidik juga harus menyadari betapa pentingnya pembelajaran yang dipersonalisasi dan pengajaran yang berpusat pada siswa. Dengan beralih dari pendekatan ceramah tradisional ke pendekatan yang lebih interaktif dan kolaboratif, pendidik dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa mereka dan melibatkan mereka dengan lebih baik. Pergeseran pola pikir ini sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif dan inklusif yang memenuhi kebutuhan semua siswa.

Strategi mengatasi tantangan guru dalam menerapkan pembelajaran dengan paradigma baru

Salah satu cara untuk mengatasi tantangan dalam menerapkan pembelajaran dengan paradigma baru adalah dengan menggunakan pendekatan instruksi yang berbeda, atau sering disebut pembelajaran diferensiasi. Pendekatan pembelajaran diferensiasi ini memungkinkan guru menyesuaikan pelajaran mereka untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan unik setiap siswa. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan ini adalah pengelompokan fleksibel, di mana siswa dikelompokkan dalam kelompok yang lebih kecil berdasarkan minat atau keahlian mereka. 

Pembelajaran berbasis proyek, di mana siswa terlibat dalam aktivitas langsung yang mendorong kreativitas dan pemecahan masalah, merupakan strategi tambahan. Siswa tidak hanya memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang pelajaran, tetapi pendekatan ini juga mendorong mereka untuk bekerja sama dan bekerja sama dalam tim. Selain itu, dukungan teknologi dapat sangat membantu dalam menangani masalah pembelajaran yang dipersonalisasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun