Seperti biasanya, setiap pagi aku membeli nasi tim untuk sarapan anakku yang belum genap dua tahun. Lapak nasi tim langganan keluarga ku tidak jauh dari Monumen Nyi Ageng Serang Wates Kulon Progo. Sekitar 2 km dari tempat tinggal ku.
Kemarin pagi, sekitar jam 5 an aku sudah meluncur dengan sepeda motor untuk membeli nasi tim. Sebelumnya aku menyempatkan dulu ke Pasar Pagi Wates untuk membeli jajanan pasar. Saya suka jajanan tradisional di pasar. Kebetulan sudah agak lama juga aku tidak ke pasar pagi.
Pasar Pagi Wates ini terletak sekitar satu kilo meter ke arah Utara dari Monumen Nyi Ageng Serang di perlimaan jalan nasional Kulon Progo. Pasar Pagi Wates ini menempati bagian depan di Pasar (tradisional) Wates yang berada pusat kota. Bangunan PasarWates ini berlantai dua.
Pasar ini mencoba masih mempertahankan sebagai pasar tradisional. Tulisan identitas Pasar Wates, disamping menggunakan huruf tulisan latin juga masih menggunakan tulisan Jawa Kuno.
Pasar Wates biasanya buka pada pagi hingga sore hari. Tapi untuk pasar pagi ini berlaku ketentuan buka dari jam 4 hingga jam 7 pagi. Maka di sebut Pasar Pagi.
Sewaktu aku sampai dan memarkirkan motor, pasar sudah penuh sesak oleh kendaraan bermotor, lapak dan pembeli. Banyak sekali kendaraan bermotor yang terparkir. Area parkir kendaraan bermotor memakai badan jalan utama. Parkir kendaraan bermotor ini di kanan-kiri badan jalan utama. Saking penuhnya hanya hanya menyisakan sedikit jalan di tengah jalan utama . Rambu-rambu dilarang parkir menjadi tidak berlaku di pasar pagi ini. Semua area menjadi area lahan parkir. Lebih dari 10 orang yang menjadi tukang parkir pada area pasar pagi ini.
Pasar pagi ini menempati sepanjang bagian depan memanjang Timur ke Barat dari Pasar Wates. Lapak-lapak dagangan dari para penjual berjejer kanan kiri. Bahkan ada yang sampai di trotoar pinggir jalan di samping traffic light. Kondisi Ini belum begitu mengganggu lalu lintas umum. Pada sisi jalan bagian Utara ternyata juga sudah berjejer lapak jualan.
Di Pasar pagi ini menjajakan beraneka macam dagangan. Ada berbagai macam sayuran, lauk pauk,aneka makanan dan jajanan, ikan dan daging segar, dan keperluan rumah tangga lainnya. Pokoknya lengkap. Apa saja ada di sini.
Itu lah salah satu daya tarik pembeli rela pagi-pagi berbelanja di sini. Semuanya lengkap tersedia di sini. Disini juga masih dijual makanan-makanan tradisional yang sudah jarang di jual orang misal tiwul dan gatot (makanan tradisonaldari ketela pohon).
Daya tariklainnya adalah sayuran yang di jual masih segar. Sayuran-sayuran ini di datangkan langsung oleh petani dari daerah sekitar. Banyak juga yang membeli sayuran segarini untuk di jual kembalimenggunakan sepeda motor atau sepeda angin dengan berkeliling ke rumah-rumah warga.
Ternyata, para penjual yang menjajakan dagangannya tidak melulu para perempuan. Tidak sedikit para pria yang menjual sayuran dan keperluan rumah tangga. Mereka tanpa malu-malu untuk menjajakan dagangannya dan bertransaksi dengan pembeli yang sebagian besar perempuan.
Aku berjalan berdesakan di antara pembeli lain mencari beberapa jajanan. Akhirnya aku membeli burjo (bubur kacang ijo), salah satu jajanan kesukaanku. “Mumpung masih anget” pikirku.Ternyata harganya telah naik dua kali lipat. Beberapa waktu yang lalu saya sempat membeli burjo di tempat yang sama. Harga perbungkus kecil yang tadinya mulai dari Rp. 1000,- sekarang naik menjadimenjadi Rp. 2.000,-. Aku maklum saja. Pasti ini karena kenaikan harga BBM yang berpengaruh pada harga-harga kebutuhan hidup termasuk jajanan.
Pasar tidak hanya mempertemukan antara penjual dan pembeli. Tapi juga mempertemukanpenjahat dan mangsanya. Banyak kejadian kejahatan yang terjadi di pasar ini, diantaranya adalah pencopetan dan gendam.Tetanggaku pernah ada yang menjadi salah satu korbannya.
Ceritanya begini. Tetanggaku berjualan di pasar. Pada suatu hari, tiba-tiba saja dia pulang ke rumah mengambil uang dan perhiasan. Jika di nominalkan bisa mencapai puluhan juta rupiah. Dia kembali ke pasar dan dengan “sukarela’ menyerahkan uang dan perhiasannya pada orang yang tak dikenalnya. Dia teringat dan tersadar setelah kembali ke rumah dan menyadarinya dia telah tertipu. Rupanya tetanggaku telah kena gendam.
Maka aku tidak heran melihat banyak tulisan AWAS COPET terpasang di beberapa tempat di sepanjang pasar. Terutama di dekat pintu gerbang pasar.
Selama di pasar, sesekali terdengar suara dari petugas pengelola pasar dengan pengeras suara dari lantai atas. Petugas pengelola mengingatkan kepada para penjual dan pembeli untuk selalu berhati-hati menjaga barang bawaannya.
Ketika waktu sudah mendekati pukul tujuh pagi, biasanya suara petugas pengelola akan kembali terdengar. Petugas pengelola akan mengumumkan bahwa waktu untuk berjualan hampir selesai. Petugas menghimbau para penjual untuk segera memberesi barang dagangannya. Pasar akan segera berfungsi sebagaimana biasanya.
Setelah membeli beberapa jajanan lagi, aku putuskan untuk segera pulang. Aku mengambil motorku di tempat parkir. Setelah memberikanuang Rp 1.000,- pada tukang parkir, aku meluncur ke lapak nasi tim.
Anakku sudah menunggu sarapannya di rumah.
Kulon Progo, 9 Desember2013.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H