Nama lengkapnya Wantinah. Tapi orang-orang lebih akrab memanggilnya dengan Mbak Nah. Dia adalah seorang penjual sayur keliling. Setiap hari mbak Nah berkeliling dari rumah ke rumah untuk menjajakan dagangannya. Setiap hari juga dia pasti mampir di samping rumahku.
Dia menjajakan aneka sayuran segar, makanan, minuman dan snack (makanan anak kecil) dengan sepeda onthel tuanya. Dengan menggunakan kronjot bambu dan rajutan berbahan plastik yang di letakkan di belakang sepedanya dia jajakan dagangannya dari rumah ke rumah.
Dia berhenti di tempat / rumah tertentu pada jam-jam tertentu juga untuk menjajakan dagangannya. Pada tempat itulah biasanya orang-orang di sekitarnya mendatangi untuk berbelanja kebutuhan rumah.
Mbak Nah dengan daganganya telah menjadi langganan bagi banyak keluarga untuk berbelanja. Termasuk keluarga besar ku.
***
Mbak Nah adalah penjual sayur yang tekun. Dia telah sekitar 15 tahun menekuni profesi sebagai penjual sayur keliling ini. Dengan sepeda onthelnya, setiap pagi dia harus pergi ke pasar Wates yang berjarak kurang lebih 7km dari rumahnya untuk kulakan dulu.Baru kemudian berkeliling menjualnya lagi.
Dulu, dia pernah berkeliling dengan mengendarai sepeda motor tua. Tapi sebuah kecelakaan membuatnya trauma berkeliling dengan sepeda motor. Dia kembali lagi menggunakan sepeda onthel untuk berkeliling menjajakan dagangannya.
Sebelum menjadi penjual sayur keliling, Mbak Nah pernah di sebuah proyek pembangunan waduk. Mbak Nah pernah pernah bekerja di proyek Waduk Sermo –satu-satunya waduk di Daerah Yogyakarta- pada tahun 1994. Dia bekerja di bagian gudang. Dan di tempat itulah pula ia bertemu dengan pemuda yang bernama Waluyo. Seorang pemuda asal Aceh kelahiran Pati, Jawa Tengah yang kelak menjadi suaminya. Setahun berikutnya dia kemudian menikah dan punya anak.
Perempuan berusia sekitar 40 an ini sekarang hidup di Tawangsari, salah satu desa di Kulon Progo bersama dengan anak semata wayangnya.Selama ini suaminya sering merantau menjadi seorang buruh pabrik di Malaysia. Berpindah-pindah dari satu pabrik ke pabrik yang lain. Suaminya pulang minimal satu tahun sekali. Bahkan kadang 2 tahun sekali.
Dia sendirian membesarkan buah hatinya. Sekarang anaknya telah duduk di kelas 12 di sebuah SMK di Wates.
Yang menarik dari sosok Mbak Nah ini adalah keuletannya dalam mencari nafkah. Sambil berjualan sayur keliling dia juga menjual pulsa elektronik. Pelanggan sayurnya banyak yang membeli pulsa darinya. Walaupun untungnya kecil, tapi bisa untuk menambah keuntungan dari dagang sayurnya. Tapi kadang juga ia rugi kalau ada yang hutang pulsa tapi tidak mau membayarnya.
Tidak cukup itu, di rumahnya dia juga membuka warung kecil-kecilan. Jika dagangan kelilingnya tidak habis, maka ia jajakan kembali di warungnya.
Tidak puas hanya berdagang dari hasil kulakan dari pasar, mbak Nah juga sering membuat makanan atau minuman sendiri. Apem dan es lilin adalah makanan dan minuman yang sering ia buat sendiri. Kemudian dia jual.
Mbak Nah, orangnya ramah dan banyak senyum. Dia ramah pada siapa saja. Tidak hanya pada ibu-ibu tapi juga pada anak-anak. Dia sangat akrab dengan anak-anak kecil.Termasuk anakku. Dia pandai bergurau dengan anak kecil. Itu yang membuat banyak yang suka padanya.
Dalam pergaulan dengan para pelanggannya dia pun akrab. Dia sering menjadi tempat curhat bagi para pelanggannya. Ada yang menceritakan tentang kehidupan pribadi ataupun menggunjingkan tetangga yang tidak disukainya.
Karena dia berdagang keliling maka dia banyak mendapatkan informasi kemasyarakatan dari tempat yang ia singgahi. Akibatnya dia seringmenjadi ‘sentral’ informasi apabila ada pengumuman tentang kematian, khajatan mantu, sunatan dan lainnya.
Hubungan Mbak Nah dengan para pelangganya tidak hanya hubungan ekonomi antara penjual dan pembeli semata. Tapi lebih dari itu, hubungan itu juga seperti persaudaraan. Seakan Mbak Nah telah menjadi warga di tempat-tempat yang ia singgahi. Setiap ada kematian diapun melayat dan setiap ada khajatan dia pun kondangan. Itu yang membuat dia di sukai oleh para pelanggannya.
Beberapa waktu yang lalu Mbah Nah pernah bercerita bahwa mungkintahun depan dia akan berhenti menjadi tukang sayur keliling. Dia akan ikut suaminya yang sekarang tinggal di Aceh. Suaminya sekarang sedang mengelola kebun kelapa sawit milik keluarganya. Keluarga suaminya adalah warga transmigrasi yang telah lama tinggal disana. Di daerah Subulussalam.
Banyak orang yang sedih mendengarnya. Tidak lama lagi akan kehilangan tukang sayur keliling langganan mereka. Mungkin akan banyak yang akan merindukannya. Para ibu dan anak-anak kecil. Rindu pada sosok Mbak Nah, penjual sayur yang ulet dan ramah.
Kulon Progo, 12 Desember 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H