Layaknya Istiqlal dan Katedral,
pun Teluk Alaska,
mereka satu,
tetapi tidak bisa menyatu.
Sungguh,
Mencintaimu adalah anugerah yang aku syukuri,
tetapi tidak untuk mengkhianati penciptaku.
Sungguh,
Aku ingin mendekapmu ke dalam ikatan yang lebih suci,
tetapi aku kembali bertanya,
Adakah harapan di saat dinding yang membatasi begitu kokoh?
Tanpa mencari jawab pun aku sudah tahu alurnya.
Sudahlah, pikirku.
Aku tidak ingin meninggalkan Penciptaku untuknya, begitu juga dengan dirinya.
Mari, kita kembali seperti awal lagi.
Kala aku tidak mengenal siapa kamu,
Kala aku tidak berharap akan apapun,
Benar, mencintai tak harus memiliki.
Terima kasih, Tuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H