Mohon tunggu...
Tri Penti
Tri Penti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis, Penyair

Penulis novel, cerpen, kadang suka buat puisi dadakan kayak tahu bulat, hihi. Salam Literasi dan Salam Kenal

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kita yang Beda

29 Oktober 2023   16:10 Diperbarui: 29 Oktober 2023   16:11 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Layaknya Istiqlal dan Katedral,
pun Teluk Alaska,
mereka satu,
tetapi tidak bisa menyatu.

Sungguh,
Mencintaimu adalah anugerah yang aku syukuri,
tetapi tidak untuk mengkhianati penciptaku.

Sungguh,
Aku ingin mendekapmu ke dalam ikatan yang lebih suci,
tetapi aku kembali bertanya,
Adakah harapan di saat dinding yang membatasi begitu kokoh?
Tanpa mencari jawab pun aku sudah tahu alurnya.

Sudahlah, pikirku.
Aku tidak ingin meninggalkan Penciptaku untuknya, begitu juga dengan dirinya.

Mari, kita kembali seperti awal lagi.
Kala aku tidak mengenal siapa kamu,
Kala aku tidak berharap akan apapun,
Benar, mencintai tak harus memiliki.

Terima kasih, Tuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun