Apakah kau tau Tuan?
Betapa sulitnya aku menghapus namamu?
Tinta merah yang kau lukis di kanvas hati
Kini berubah darah dalam luasnya telaga air mata
Kau yang kusebut rumah,
ternyata tak berpondasi,
kau yang kukira ramah,
ternyata ahli dalam menyakiti.
Tuan...
ternyata rumah bukan sekadar bangunan
perlu bahan-bahan yang kokoh
sedang kita sudah lama roboh
Haruskah aku memperbaiki bangunan itu?
Atau membiarkannya hancur tak tersisa?
Kubukan lagi untukmu
Singkatnya kau hanya tamu
duduk diam melihat-lihat
hingga tak sadar kau telah menyayat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!