Mohon tunggu...
Tri Penti
Tri Penti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis, Penyair

Penulis novel, cerpen, kadang suka buat puisi dadakan kayak tahu bulat, hihi. Salam Literasi dan Salam Kenal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bangkit Kembali: Nasionalime Untuk Negeri

28 September 2023   09:55 Diperbarui: 28 September 2023   10:00 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sering kali kita melihat, postingan masyarakat Indonesia---kalangan anak muda utamanya, berlomba-lomba dalam memamerkan suatu barang, pencapaian, serta tempat-tempat wisata luar yang memanjakan mata. Dalam hati kita bertanya, sudahkah mereka melihat daerah-daerah di negaranya sendiri? Sudah terlupakah negara Indonesia ini? Kala mereka lebih bangga menggunakan bahasa asing dibanding bahasa Indonesia yang berperan sebagai bahasa pemersatu bangsa.

Tak dapat dipungkiri, Indonesia tidak hanya terdiri satu, dua, atau bahkan sepuluh daerah, lebih dari pada itu. Indonesia memiliki keanekaragaman yang sangat luas dan melimpah. Pun tak perlu dipertanyakan dari segi yang mana, sedang negara merah putih ini pun mempunyai semuanya. Makanan? Wisata? Adat? Budaya? Bahasa? Ras? Agama? Kita memiliki lebih dari itu semua.

Lantas, sudahkah kamu bertanya pada diri, di mana letak rasa nasionalisme pada negara sendiri? Alih-alih merasa bangga, kita justru merasa kecil dibanding negara lain.

Di zaman yang penuh kemajuan ini, bahkan manusia pun kalah dengan robot. Sudah tak terhitung berapa banyak tenaga manusia yang digantikan dengan benda canggih itu. Pada akhirnya, kita lagi-lagi melupakan satu hal. Sudahkah kamu memberikan sesuatu kepada negara ini? Tidak-tidak, jangan salah paham. Indonesia tidak menuntut kalian untuk memberikan penghargaan, uang, atau bahkan ketenaran. Melainkan, cukup dengan rasa bangga. Sesederhana itu saja.

Bicara tentang nasionalisme tidak akan ada habisnya. Kata itu tidak bisa digambarkan hanya dengan satu atau dua kata. Namun, lagi-lagi pertanyaan melintas, jika bukan generasi muda yang melanjutkan pergerakan para tetua di zaman penjajahan dulu siapa lagi? Nyatanya, kita terjebak oleh penjajahan dari masyarakat kita sendiri. Semangat dan jiwa yang membara akan nama Indonesia pun perlahan memudar. Tergantikan dengan rasa bangga dan cinta pada negara lain.

Telak. Sebelum melangkah, kita sudah jatuh duluan. Sudah lupakah perjuangan presiden pertama kita hingga bisa menyatakan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 dahulu? Banyak pertumpahan darah kala itu, tetapi mereka tidak putus asa. Sampai bendera merah putih dikibarkan. Justru, sekarang kita menertawakan nasib sendiri. Rasa nasionalisme itu perlahan menciut.

Wahai generasi muda, sadarlah, kita yang akan melanjutkan perjalanan negara ini nantinya. Kita pula yang akan membawa nama Indonesia ke penjuru dunia. Jika kita saja tidak bangga dan melupakan negara sendiri, bagaimana hal tersebut bisa tercapai? Layaknya keinginan tanpa usaha, itu adalah tipu muslihat semata yang diselimuti oleh kebodohan.

Semangat akan rasa nasionalisme harus kembali kita tanamkan. Ah, tidak, bagaimana jika memulai semua dari awal? Kita mulai dengan rasa yang baru. Rasa penuh kobaran semangat---bak api yang membara besar. Tatkala kita mencoba dengan hal-hal yang kecil. Mudah saja, 'utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing'.

Tak masalah jika kita belajar bahasa dari negara lain, itu juga pilihan yang bagus. Akan tetapi, kita tetap menomor satukan bahasa kita---bahasa Indonesia. Selain itu, kita juga harus menjunjung tinggi rasa cinta akan tanah air, budaya, serta warisan-warisannya yang melimpah. Bangga akan produk dari negeri sendiri, tak masalah jika ingin mengikuti perkembangan zaman, justru itu akan memberikanmu sebuah ide dan kontribusi yang baru.

Mari, generasi muda, kita kembali akan jiwa dan rasa nasionalisme yang tinggi. Agar nantinya, dapat kita wariskan kepada penerus generasi mendatang. Ingatlah bahwa, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya.

"Jika tidak ada yang memulai lebih dulu, mengapa tidak kamu saja yang melakukannya?" -Tri Penti

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun