Mohon tunggu...
Tri Sutrisno
Tri Sutrisno Mohon Tunggu... Guru - Guru yang sedang mencari serpihan-serpihan hoby masa mudanya.

Menulislah apa yang ingin kamu tulis.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Senyum Tulus Anak Berkebutuhan Khusus

12 Desember 2020   12:02 Diperbarui: 12 Desember 2020   12:08 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiga bulan telah berlalu, suka dan duka harus sudah berakhir. Kini hanya tinggal menanti buah kesabaran dan ketekunan kami selama tiga bulan ini. Tentunya kami semua berharap apa yang telah kami lakukan selama ini tidak sia-sia.

Ujian Nasional telah berakhir. Menanti hasil dan pengumuman kelulusan menjadi teka-teki bagi kami. Namun kami yakin, dengan perubahan yang dialaminya sekarang, akan membawa hasil yang bukan hanya sekedar lulus, namun bisa lebih dari itu.

Waktu yang ditunggu-tunggu pun telah tiba. Pengumuman kelulusan akan disampaikan pada sore hari. Saya yang harus fokus dengan siswa saya di sekolah, juga berharap cemas dengan hasil pengumuman anak private saya. Suka cita setelah melihat hasil pengumuman kelulusan peserta didik saya, sejenak saya terlupakan dengan hasil anak privat saya. Hingga sore hari menjelang magrib, ponsel saya masuk sebuah pesan dari orang tuanya. Ada hal lain yang saya rasakan. Karena selama ini orangtuanya sama sekali tidak pernah mengirim pesan, bahkan jika ada hal sekecil apapun pasti langsung menelepon saya.

Setelah magrib akhirnya saya putuskan untuk datang ke rumahnya. Saya pun dipersilahkan masuk dan duduk di meja belakang di tepi kolam renang. Beberapa menit terlihat suasana sunyi, saya yang merasa penasaran dan bingung juga ikut diam tanpa bicara. Hingga beberapa menit kemudian, anak didik saya beserta ibunya datang menghampiri kami sambil membawa sebuah amplop kecil yang saya yakini itu adalah nilai ujian nasional. Saya terima dan saya buka berlahan amplop tersebut dengan perasaan yang tidak menentu. Betapa terkejutnya saya ketika melihat kata "LULUS" dengan rata-rata nilai yang terbilang diluar perkiraan saya.

Belum habis rasa keterkejutan saya, anak didik saya datang menghampiri dan memeluk saya. Bahkan saya lihat dengan jelas jika ibunya juga menangis terharu. Orangtuanya tidak henti-hentinya mengucapkan terimakasih dan rasa syukur. Bagaimana tidak, yang semua kami targerkan lulus dengan nilai cukup, justru memperoleh peringkat 16 dari 128 siswa dengan nilai rata-rata 8.34.

Itulah sebuah kisah kebahagiaan yang pernah saya alami. Yang semula mencari pekerjaan sampingan untuk memenuhi desakan perekonomian, justru berbuah kebahagiaan yang tidak disangka-sangka.
Walaupun pada akhirnya saya juga menerima hadiah dan uang yang lumayan besar bagi saya sebagai ucapan Terimakasih.

Bagi saya, kebahagiaan adalah bagaimana kita bisa berbagi, memberi, dan melihat orang lain bahagia dan kita ikhlas menjalani semuanya. Bukan materi yang menjadi tolak ukur kebahagiaan tetapi kepuasan batin atas apa yang kita capai dan berguna bagi sesama. Itulah makna berbagi kebahagiaan yang sesungguhnya bagi saya.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun